Rakyat Jepang Sampaikan Salam Perpisahan kepada Mantan PM Abe

Seorang pelayat di depan foto mendiang mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang tertembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen, di Tokyo, Jepang, 11 Juli 2022 (Foto: REUTERS/Issei Kato)

Warga Jepang yang berduka menyampaikan salam perpisahan mereka kepada mantan PM Shinzo Abe pada Selasa (12/7).

Banyak orang antre setiap hari di luar Kuil Zojoji Tokyo membawa bunga dan tanda penghormatan lainnya untuk Abe, yang ditembak mati dalam sebuah rapat umum kampanye Jumat lalu di kota Nara, Jepang Barat. Banyak di antara pelayat menangis sewaktu mereka membungkuk berdoa di depan kuil itu.

Salah seorang pelayat, pegawai kantor berusia 69 tahun Hideaki Suzuki mengatakan, “Abe adalah sosok yang sangat hangat dengan selera humor yang baik. Saya pikir tidak ada politisi seperti dia di Jepang atau di dunia. Jadi saya mendukungnya. Ini sangat disayangkan.”

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, pejabat dan karyawan berdoa di depan mobil jenazah mendiang mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, di Tokyo, Jepang, 12 Juli 2022. (Foto: via Reuters)

Kuil Zojoji merupakan lokasi upacara pemakaman pribadi untuk Abe, yang dibatasi hanya untuk teman dekat dan keluarga. Peti mati Abe kemudian dipindahkan dari kuil dan ditempatkan dalam mobil jenazah untuk prosesi panjang yang melalui pusat kota Tokyo ke Balai Pemakaman Kirigaya untuk dikremasi. Ribuan warga berjajar di sepanjang rute itu untuk menyampaikan salam perpisahan terakhir mereka.

Mobil jenazah itu melewati beberapa tempat penting dalam karier politik Abe. Di antaranya kantor resmi perdana menteri, gedung parlemen dan markas besar partainya, Partai Demokrat Liberal (LDP).

BACA JUGA: Jepang Adakan Upacara Mengenang Abe Sehari Sebelum Pemakaman

Tersangka pelaku penembak Abe, Tetsuya Yamagami, 41, yang langsung dibekuk setelah menembak mantan perdana menteri itu, telah ditahan.

Media berita Jepang menyatakan Yamagami, mantan anggota Pasukan Bela Diri Jepang, ingin membunuh Abe karena ia percaya Abe adalah bagian dari sebuah kelompok agama yang tidak disebut namanya, yang ia persalahkan sebagai penyebab kehancuran ekonomi ibunya.

Gereja Unifikasi, gerakan keagamaan global yang didirikan di Korea Selatan pada tahun 1950-an oleh mendiang Pendeta Sun Myung Moon, hari Senin mengukuhkan bahwa ibu Yamagami adalah anggota gereja itu, tetapi tidak berkomentar mengenai donasi yang mungkin telah diberikannya. [uh/ab]