Ratusan Anak Sekolah di Surabaya Meriahkan Hari Tari Sedunia

  • Petrus Riski

Tarian tradisional dari Bali dibawakan siswa-siswi SMAK Santa Maria Surabaya dalam rangka Hari Tari Sedunia (Foto: VOA/Petrus Riski).

Dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia yang jatuh setiap 29 April, sekitar 280 siswa-siswi dari SMA Katolik Maria Surabaya menggelar pentas seni yang menampilkan 10 tarian dari berbagai daerah di Indonesia.

Sekitar 280 siswa-siswi SMA Katolik Santa Maria Surabaya menarikan berbagai macam tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia.

Menurut Catharina Amelia, selaku Ketua Panitia sekaligus Guru Sosiologi SMAK Santa Maria Surabaya, kegiatan pagelaran tari dan musik tradisional ini ingin menanamkan karakter cinta tanah air beserta aneka budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Selain itu, juga ditampilkan drama musikal bertemakan cinta tanah air dan budaya bangsa.

“Pagelaran ini bertemakan Indonesia, budaya Indonesia. Jadi memang yang ditampilkan betul-betul apa yang menjadi budaya Indonesia, dari seni tari, seni musik, dan seni drama dari anak-anak. Tariannya itu bermacam-macam, tidak hanya tarian dari Jawa, jadi memang betul-betul yang ditampilkan itu tarian yang ada di Indonesia, ada tarian Aceh, kemudian Minangkabau-Padang ya, kemudian Sunda, Bali, Papua, itu ada. Jadi memang karena jenisnya banyak, untuk total lebih dari sepuluh tarian daerah di Indonesia,” kata Catharina Amelia.

Salah satu tarian tradisional yang dibawakan siswa-siswi SMAK Santa Maria Surabaya dalam rangka Hari Tari Sedunia (Foto: VOA/Petrus Riski).

Catharina Amelia menambahkan, digelarnya pertunjukkan seni tari dan musik tradisional ini untuk menyikapi semakin banyaknya seni dan budaya asing atau dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Generasi muda saat ini lebih mengenal budaya dan tarian dari luar negeri dari pada tarian tradisional dari daerah-daerah di Indonesia.

Amelia mengatakan, meski laju pertumbuhan budaya dan kesenian dari luar negeri tidak dapat dibendung, namun pengenalan dan penanaman rasa cinta akan seni budaya bangsa sendiri diyakini akan dapat membendung masuknya budaya asing ke Indonesia.

“Melihat perkembangan zaman sekarang kan anak-anak cenderung menyukai budaya barat, apalagi K-Pop, Korea itu betul-betul menjadi perhatian khusus dari sekolah. Budaya luar memang gak mungkin kita akn tolak, pasti secara tidak langsung kita masuk dan mau tidak mau kita pasti harus menerima karena memang globalisasi ya. Tetapi kami sebagai lembaga pendidikan, menanamkan ke anak-anak bahwa, walau pun kita hidup di zaman yang memang, hidup dengan banyak budaya dari luar yang masuk dan bagaimana caranya kita sebagai generasi muda, walau pun kita mengikuti budaya barat tapi kita punya cinta (budaya daerah),” imbuhnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Peringati Hari Tari Sedunia, Ratusan Anak Sekolah di Surabaya Menari Tarian Tradisional

Sementara itu, Siswi SMA Katolik Santa Maria Surabaya, Gloria Vonny Della mengungkapkan, masuknya budaya atau seni tarian dari luar negeri sulit dicegah karena faktor globalisasi. Namun, perpaduan budaya dengan tetap mengedepankan budaya asli tanah air, akan dapat menjadi penyeimbang derasnya arus globalisasi budaya di Indonesia.

“Aku dari kecil tari tradisional kayak Remo, ya Saman. Kita gak apa-apa sih terima tariannya luar negeri, cuma ya di mixed gitu loh, dikolaborasikan. Jadi kayak ada juga dari tarian daerahnya pun, ya ada juga dari yang barat pun dicampur gitu,” kata Gloria Vonny Della. [pr/gp]