Ratusan demonstran pada hari Minggu (22/10) berunjuk rasa di luar kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Swiss, menuntut Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang mereka tangkap saat melakukan serangan berdarah kelompok ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Protes di lapangan di luar markas besar PBB di Palais des Nations di Jenewa itu diselenggarakan oleh koalisi Voice for Freedom, yang menyatukan beberapa komite pengorganisasian Zionis Kristen.
Oleh karena itu aksi protes itu bernuansa religius, dengan nyanyian dan slogan-slogan yang diselingi dengan doa dan mazmur.
Demonstrasi tersebut merupakan puncak dari kunjungan sejumlah keluarga mereka yang hilang sejak serangan Hamas. Keluarga-keluarga tersebut telah bertemu dengan Presiden Komite Palang Merah Internasional Mirjana Spoljaric, dan Komisioner Tinggi PBB Untuk Urusan HAM Volker Turk.
BACA JUGA: Israel Kejar Militan Hamas ke Tepi Barat, Jumlah Korban Tewas MelonjakBanyak demonstran mengibarkan bendera Israel atau menyampirkannya di pundak mereka, atau membawa poster-poster yang menampilkan gambar-gambar warga Israel yang hilang, termasuk anak-anak.
Beberapa orang mengenakan kaos bertuliskan, "Bebaskan mereka," dan memegang plakat bertuliskan "Tidak Akan Pernah Lagi," "Nyawa Orang Tak Berdosa Tak Bisa Ditawar" dan "Anak-Anak Bukan Alat Tawar Menawar."
Presiden dari organisasi Christians for Israel International Leon Meijer mendesak Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk "mengupayakan pembebasan para sandera," dengan mengatakan, "selamatkan nyawa mereka yang masih bisa diselamatkan."
Militan Hamas menyerang Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu dan menewaskan sedikitnya 1.400 orang. Mengutip beberapa pejabat Israel, kantor berita AFP melaporkan pada hari pertama serangan itu, sebagian besar warga sipil ditembak, dimutilasi, atau dibakar hingga tewas.
Ini adalah serangan terburuk terhadap warga sipil dalam sejarah Israel. Israel mengatakan lebih dari 200 sandera diculik oleh para militan.
Di lain pihak, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan lebih dari 4.600 warga Palestina di Jalur Gaza, sebagian besar adalah warga sipil, telah tewas akibat pengeboman tanpa henti yang dilakukan oleh Israel sebagai pembalasan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh Hamas.
Demonstrasi Pro-Israel dan Pro-Palestina
Beberapa demonstrasi telah diadakan di Swiss, sebagian di antaranya merupakan aksi pro-Palestina dan yang lainnya sebagai bentuk solidaritas terhadap Israel.
Tiga hari setelah serangan Hamas, komunitas Yahudi di Zurich mengadakan demonstrasi untuk mendukung Israel, yang diikuti oleh ratusan orang.
Sementara di Lausanne, sekitar 4.500 – 5.000 orang berdemonstrasi menuntut Israel untuk mengakhiri pemboman di Jalur Gaza. Lebih dari 6.000 demonstran pro-Palestina juga memadati jalan-jalan di Jenewa pada Sabtu (21/10) lalu.
Zurich telah memutuskan untuk melarang pertemuan yang berkaitan dengan Timur Tengah, sementara Basel memutuskan untuk melarang semua pertemuan akhir pekan lalu.
BACA JUGA: 'Saya Seorang Zionis': Bagaimana Ikatan Joe Biden dan Israel Pengaruhi Kebijakan PerangKantor hak asasi manusia PBB pada Jumat (20/10) mengatakan pelarangan total aksi protes yang dilakukan secara damai merupakan hal yang tidak proporsional.
Juru bicara Dewan HAM PBB Ravina Shamdasani mengatakan negara-negara "tidak boleh terlalu membatasi partisipasi dan perdebatan, atau komentar kritis tentang konflik, ekspresi solidaritas terhadap warga Israel atau Palestina.”
“Setiap pembatasan terhadap hak untuk berkumpul secara damai harus didasarkan pada aturan hukum, dan (harus) sesuai dengan proporsinya, misalnya dengan pertimbangan risiko keamanan nasional, keselamatan publik,” tambahnya. [em/jm]