Ratusan Perusahaan Imbau Trump Tak Tinggalkan Perjanjian Paris

  • Jim Randle

Para demonstran melakukan aksi protes atas rencana Presiden Donald Trump untuk meninggalkan kesepakatan mengenai iklim atau Perjanjian Paris, di depan Gedung Putih (foto: dok).

Ratusan perusahaan telah menyerukan agar Presiden Donald Trump tidak meninggalkan kesepakatan mengenai iklim yang disebut Perjanjian Paris, dan ada bukti bahwa dukungan pengusaha untuk kesepakatan itu meningkat.

Dalam kampanye pemilihan presiden tahun lalu, Donald Trump menyebut sains mengenai iklim adalah palsu dan berjanji akan menarik diri dari Perjanjian Paris jika terpilih.

Banyak pemimpin perusahaan tidak setuju dengan rencana Trump itu. Perusahaan-perusahaan besar seperti Mars, Nike, Levi Strauss, dan Starbucks menandatangani surat kepada Presiden Donald Trump dan menegaskan bahwa jika tidak membangun perekonomian rendah karbon, kemakmuran Amerika akan menghadapi risiko.

Hari Rabu (31/5), pendiri Tesla Elon Musk mengatakan ia berusaha meyakinkan Presiden Trump agar tidak meninggalkan Perjanjian Paris, dan mengatakan ia akan mengundurkan diri dari dewan penasihat bisnis Gedung Putih jika Washington menarik diri dari Perjanjian Paris.

Presiden Direktur General Electric Jeff Immelt menulis bahwa pelanggan, mitra-mitra, dan negara-negara menginginkan teknologi yang membangkitkan tenaga listrik selagi meningkatkan efisiensi energi dan menurunkan biaya.

Perusahaan minyak seperti Chevron dan saingannya, ExxonMobil, belum lama ini menyatakan bahwa Perjanjian Paris membuat masa depan perusahaan lebih dapat diprediksi sehingga lebih dapat dikelola. Perjanjian Paris juga membantu mempertahankan pengaruh Amerika dalam perundingan-perundingan pada masa depan.

Sebelumnya pekan ini, lebih dari 60 persen pemegang saham Exxon dalam pemungutan suara memutuskan untuk mewajibkan perusahaan melakukan lebih banyak analisa dan mengungkap kemungkinan dampak kebijakan iklim yang lebih ketat terhadap pendapatan. Upaya-upaya sebelumnya untuk mewajibkan pengungkapan seperti itu tidak mendapat dukungan mayoritas pemegang saham.

Beberapa perusahaan lain dan kelompok-kelompok Konservatif mengatakan Washington sebaiknya meninggalkan Perjanjian Paris.

Yayasan Heritage, misalnya, mengatakan bahwa kesepakatan itu menambah beban biaya yang sangat besar dan tidak mendatangkan manfaat lingkungan sama sekali. Penyusun laporan Yayasan Heritage mengatakan Perjanjian Paris akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan hilangnya lapangan kerja. [ds]