Sekitar 200 umat Islam yang menamakan diri Aliansi Tolak kezaliman Facebook pada Jumat (12/1) mendatangi kantor Facebook di Jakarta. Mereka memprotes tindakan diskriminatif Facebook karena telah menutup akun-akun milik organisasi dan aktivis Islam.
Sekitar 200 umat Islam yang menamakan diri Aliansi Tolak kezaliman Facebook pada Jumat (12/1) mendatangi kantor Facebook di gedung Capitol Place, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Mereka memprotes tindakan diskriminatif Facebook karena telah menutup akun-akun milik organisasi dan aktivis Islam.
Demonstrasi berlangsung damai sejak pukul 14:30 siang. Massa membubarkan diri tidak lama setelah salat asar berjamaah. Mereka berjanji kembali dengan jumlah pengunjuk rasa lebih besar kalau Facebook tidak memenuhi tuntutan mereka.
Massa berasal dari beragam elemen, seperti Front Pembela Islam (FPI), laskar Pembela Islam, dan Presidium Alumni 212.
Dalam orasinya, koordinator pengunjuk rasa menuding Facebook telah bertindak tidak adil terhadap umat Islam karena menutup semena-mena akun milik aktivis dan organisasi Islam. Di lain pihak, perusahaan media sosial asal Amerika Serikat itu membiarkan akun-akun anti-Islam dan mempromosikan kemaksiatan serta LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
Menurut juru bicara FPI Slamet Maarif, sejak sebelum Aksi Bela Islam 212 digelar pada 2 Desember 2016, sudah 97 akun media sosial - Facebook, Twitter, dan Instagram - milik perorangan dan organisasi yang mendukung Aksi Bela Islam 212 yang diblokir.Dari jumlah akun media sosial yang diblokir itu, sekitar 70-an merupakan akun Facebook.
Aksi Bela Islam 212, diklaim dihadiri tujuh juta umat Islam yang berlangsung di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Unjuk rasa massal ini menuntut Gubernur Jakarta kala itu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditangkap dan diadili atas tuduhan menghina agama Islam, terkait pidatonya yang mengutip surat Al-Maidah ayat 51.
Menurutnya, dari 97 akun media sosial yang dibekukan, kebanyakan akun milik perorangan. Sebelum Aksi Bela Islam 212, lanjutnya akun Facebook yang diblokir adalah milik Imam Besar FPI Rizieq Syihab, FPI, dan LPI.
"Bahkan yang lebih aneh itu akunnya GISS (Gerakan Indonesia Salat Subuh), itu kan isinya cuma mengajak salat subuh, hari ini subuh di mana, itu diblokir juga oleh Facebook. Lalu apa bahayanya? Ajakan salat subuh ikut diblokir juga," kata Slamet seraya tertawa.
Slamet membantah akun-akun milik FPI dan aktivis Islam menyebarluaskan kebencian. Dia menegaskan yang mereka sampaikan melalui media sosial adalah dakwah berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.
Lebih lanjut Slamet menilai pemblokiran terhadap akun-akun Facebook dan media sosial lainnya milik organisasi dan aktivitas Islam bertujuan memutus komunikasi antar umat Islam.
Perwakilan pengunjuk rasa tadinya dijanjikan oleh polisi dipertemukan dengan pihak Facebook, namun kenyataannya mereka malah ditemui manajemen pengelola gedung Capitol Place.
Kepada wartawan usai pertemuan tersebut, penasihat Presidium Alumni 212 sekaligus pengacara Aliansi Tolak Kezaliman Facebook Eggi Sudjana mengaku benar-benar kecewa karena tidak bisa bertemu pihak Facebook. Menurut pengelola gedung Capitol Place, tambah Eggi, kantor Facebook sudah diliburkan sejak tiga hari lalu.
Menurut Eggi, pihaknya telah menyampaikan sikap dan tuntutan secara tertulis kepada kantor Facebook Indonesia melalui pengelola gedung Capitol Place. Dia mengklaim pemblokiran dilakukan Facebook terhadap akun-akun milik aktivis dan organisasi Islam melanggar undang-undang keterbukaan publik. Dia menambahkan pihaknya menunggu jawaban dari Facebook paling lambat Senin pekan depan.
"Kita curigai di sini apakah ada koordinasi sehingga kita, akunnya itu ditutup. Pertanyaannya itu kepada siber (Badan Siber dan Sandi Negara) dari pemerintah. Kalau sampai ada koordinasi, itu keterlaluan sekali. Berarti negara telah menzalimi rakyatnya sendiri," ujar Eggi.
Ketika dihubungi VOA, Humas Facebook Putri Ariani tidak bersedia untuk dimintai tanggapannya terkait aksi yang dilakukan sejumlah ormas Islam tersebut. Dia hanya bersedia mengirimkan keterangan tertulis. "Aku tidak bisa wawancara, aku cuma bisa kasih statementnya saja," jelasnya.
Dalam keterangan tertulis kepada VOA, Facebook Indonesia menjelaskan pihaknya ingin semua pengguna Facebook merasa aman dan nyaman saat berbagi cerita dan berhubungan dengan teman dan keluarga. Facebook tidak mempersoalkan bila digunakan untuk berdiskusi mengenai beragam topik dan gagasan, serta meningkatkan kesadaran terhadap isu yang penting bagi masyarakat
Your browser doesn’t support HTML5
Namun Facebook menegaskan mereka akan menghapus konten yang melanggar standar komunitas yang telah ditetapkan.Facebook Indonesia sudah membuat standar komunitas untuk mencegah ada organisasi atau individu yang menyerukan ujaran kebencian atau kekerasan terhadap pihak lain yang memiliki pandangan berbeda dengan mereka. [fw/em]