Sutradara Joshua Oppenheimer sedang berada di kediaman ayahnya yang berlokasi dekat dengan Washington, DC saat menerima kabar bahwa filmnya masuk nominasi dokumenter feature Academy Awards alias penghargaan Oscar.
“Saya gembira sekali,” ujarnya kepada reporter VOA, Ariono Arifin, baru-baru ini.
“(Waktu itu) saya, awak film ini di Denmark, dan para kru anonim di Indonesia semua tersambung melalui video di Skype. Kami sangat senang mendengar kabar tersebut,” cerita sutradara berusia 39 tahun ini.
Menurut Joshua, nominasi yang didapatkan untuk film tentang pembantaian massal mereka yang diduga PKI ini bukan hanya merupakan suatu kehormatan bagi para awak film, tetapi juga merupakan sebuah langkah awal untuk menyembuhkan luka bangsa.
“Bagi para korban pembantaian massal 1965, nominasi ini adalah sebuah langkah penting dalam mendorong pemerintah untuk mengakui genosida 1965 yang merupakan sebuah tragedi kemanusiaan, juga mengakui adanya pelaku kejahatan korupsi dan penebar ketakutan,” jelas pria kelahiran Texas ini.
Dengan berbagai pro-kontra yang mencuat akibat film dokumenter ini, Joshua tetap berharap agar nominasi ini bisa mendorong orang-orang Indonesia untuk meminta pemimpin politik yang bertanggung jawab, “Itu merupakan fondasi utama demokrasi,” tambah lulusan universitas Harvard jurusan film ini.
Your browser doesn’t support HTML5
Selain mendapatkan nominasi Oscar, 'the Act of Killing' juga sudah meraih berbagai penghargaan bergengsi, antara lain European Film Award untuk kategori film dokumenter terbaik dan Panorama Audience Award.
Film dokumenter ini juga juga memenangkan penghargaan di festival film International di Berlin dan menyabet penghargaan Aung San Suu Kyi pada Human Rights Human Dignity International Film Festival tahun 2013.
Di ajang Oscar 2014, 'the Act of Killing' akan bersaing dengan film, 'Cutie and the Boxer,' 'Dirty Wars,' 'The Square' dan '20 Feet from Stardom.'