Seorang laki-laki bersenjata Palestina hari Minggu (26/2) melepaskan tembakan ke arah sebuah mobil Israel di Tepi Barat, menewaskan dua orang, demikian pernyataan beberapa politisi senior dan pemuka permukiman Yahudi. Penembakan itu membayangi pertemuan tingkat tinggi antara delegasi Israel dan Palestina di Yordania, yang dimaksudkan untuk meredam gelolak aksi kekerasan menjelang tibanya bulan suci Ramadan.
Insiden itu juga terjadi beberapa hari setelah sebuah serangan militer Israel di kota Nablus yang menewaskan 10 orang.
Menteri Pertahanan Israel menyerukan peningkatan kehadiran militer di Tepi Barat.
Dalam sebuah langkah awal, menteri kabinet Israel menyetujui usulan untuk memberlakukan hukuman mati terhadap militan Palestina yang terlibat dalam serangan berdarah. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir yang beraliran kanan-jauh, mengatakan “pada hari yang sulit ini di mana dua warga Israel dibunuh seorang Palestina, tidak ada lagi yang lebih simbolis selain meloloskan undang-undang hukuman mati terhadap teroris.”
BACA JUGA: Bahas Serangan Israel di Nablus, Liga Arab Langsungkan Pertemuan DaruratPara pemuka pemukim di Tepi Barat telah menyerukan Israel untuk menarik delegasinya dari pertemuan di Yordania dan menindak Palestina.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyerukan untuk “menyerang kota-kota teror dan penghasutnya tanpa ampun dengan tank dan helikopter, dengan cara yang menunjukkan bahwa tuan rumah sudah gila.”
Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan tidak ada pertemuan puncak yang dapat menghentikan warga Palestina memerangi Israel.
Israel mengatakan penasihat keamanan nasional perdana menteri dan kepala badan keamanan domestika Shin Bet akan melangsungkan pertemuan dengan Yordania. Kepala dinas intelijen Palestina dan penasihat Presiden Mahmoud Abbas juga diharapkan ikut bergabung.
Kehadiran para pejabat tinggi dalam pertemuan itu – termasuk delegasi dari Mesir, Yordania dan Amerika – menggarisbawahi parahnya krisis yang terjadi. Ini merupakan pertemuan tingkat tinggi antar kedua pihak yang sangat jarang terjadi, di tengah meningkatnya ketegangan dan setelah Palestina memutuskan mengkoordinasikan situasi keamanan untuk mencegah meluasnya aksi kekerasan.
Seorang pejabat Israel mengatakan pertemuan itu dimaksudkan untuk meredakan ketegangan menjelang Ramadan, dan dilangsungkan atas permintaan Amerika.
Bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan hari raya Yahudi, Passover, selama satu minggu di mana pengikut kedua keyakinan itu akan berduyun-duyun memadati tempat-tempat suci di Kota Tua Yerusalem, yang sering menjadi titik perselisihan dan aksi kekerasan.
Bentrokan terjadi di situs suci utama di Yerusalem tahun 2022 lalu. Sementara ketegangan di antara kedua pihak memicu perang selama 11 hari dengan militan Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2021. [em/jm]