Relawan Kumpulkan Berton-Ton Sampah Plastik dari Sungai di Hungaria

  • Associated Press

Relawan mengumpulkan sampah dari tepi sungai Tisza dekat Tiszaroff, Hungaria, Selasa, 1 Agustus 2023. (AP/Denes Erdos)

Relawan membersihkan Sungai Tisza di Hungaria dengan menaiki kapal, kano dan rakit. Mereka mengarungi sungai untuk mengangkut berton-ton sampah plastik dari sungai itu.

Tidak sulit bagi para relawan yang mengarungi sungai terbesar kedua di Hungaria untuk ‘berburu’ sampah. Sekitar satu ton sampah diangkut dari badan air maupun tepian sungai itu setiap harinya.

Lebih dari 150 relawan ikut serta dalam perlombaan selama 10 hari untuk mengumpulkan sampah paling banyak. Mereka berlayar dengan puluhan kano untuk menyisir Sungai Tisza dan mengumpulkan sampah yang mengalir mengikuti arus hingga tersangkut di bebatuan, pepohonan dan tumpukan dedaunan.

Sejak pertama kali digelar tahun 2013, acara Piala Plastik, yang menghadiahi peserta yang mengumpulkan sampah paling banyak, telah mengumpulkan lebih dari 330 ton sampah dari Sungai Tisza dan beberapa perairan Hungaria lainnya.

Upaya itu bukan sekadar untuk meningkatkan dan melestarikan lingkungan alam Hungaria, tapi juga untuk menghentikan peningkatan polusi samudra pada sumbernya, kata direktur lomba Piala Plastik, Zsolt Tamas.

Para relawan secara selektif memilah sampah yang dikumpulkan setibanya di lokasi perkemahan, Selasa, 1 Agustus 2023. Kompetisi Piala Plastik tahunan ini telah mengumpulkan sekitar 330 ton sampah dari Tisza sejak tahun 2013. (AP/Denes Erdos)

“Sumber pencemaran sampah terbesar di dunia adalah sungai. Sampah terbawa air ke sungai, ke laut dan menuju samudera, di mana ombak membuat itu semua menjadi sebuah pulau besar di lautan,” jelasnya.

Seruan untuk mengatasi krisis plastik dunia menjadi semakin genting pada beberapa tahun terakhir, karena berbagai penelitian menyimpulkan bahwa polusi plastik menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia dan risiko lingkungan yang sangat buruk.

Penelitian yang dikutip dalam laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) 2023 menyatakan bahwa mikroplastik telah ditemukan “di relung terdalam samudra, di gletser gunung yang masih murni, di air susu ibu dan tubuh manusia.”

Menurut PBB, 75 persen sampah plastik berasal dari aliran sampah padat perkotaan yang mencemari jalan-jalan air, seperti Sungai Tisza, sebelum bermuara ke lautan, sehingga turut menyebabkan degradasi lingkungan dan hilangnya keragaman hayati.

“Bila kita dapat mencegah masalah global di sungai, maka sampah yang bermuara di samudera akan lebih sedikit. Kami bisa bilang kami telah menemukan solusi di hulu masalah itu,” imbuh Tamas.

Para sukarelawan mengumpulkan sampah dari tepi sungai Tisza dekat Tiszaroff, Hungaria, Selasa, 1 Agustus 2023. (AP/Denes Erdos)

Eszter Hosszu (23 tahun) baru pertama kali menjadi relawan Piala Plastik. Ia tergerak untuk ikut serta karena prihatin akan masa depan.
Ia percaya, setiap orang bertanggung jawab. “Menurut saya, perlindungan lingkungan harus menjadi keprihatinan setiap orang. Penting bagi kita untuk melakukan sesuatu untuk menjamin agar hari esok planet ini tetap layak ditinggali. Dan semua orang harus berkontribusi,” komentarnya.

Para relawan turun dari kano mereka dan menyusuri tepian sungai yang curam sambil membawa kantong sampah berwarna kuning, mengumpulkan sampah di tengah vegetasi yang lebat, menghadapi gigitan nyamuk, semak berduri dan jelatang.

Begitu kano mereka dipenuhi berkantong-kantong sampah, mereka lantas memindahkannya ke “kapal induk” yang terparkir, berupa rakit darurat yang mengapung di atas ponton berisi botol plastik, di mana anggota tim mulai memilih-milah sampah.

Seiring semakin besarnya acara Piala Plastik, para relawan biasanya berhasil mengangkut sekitar 70 ton sampah dari Sungai Tisza setiap tahunnya.
Mereka memperkirakan telah mengangkut hampir empat juta botol PET (polyethylene terephthalate) dari badan-badan air di Hungaria.

Meski demikian, Gergely Hanko, ahli konservasi sekaligus pemimpin proyek Piala Plastik mengaku bahwa masih banyak hal yang tidak dapat dijangkau oleh para relawan. “Kami tahu bahwa fragmen-fragmen plastik, seperti busa semprot bangunan dan butiran polystyrene, punya dampak berbahaya. Itu bisa memasuki aliran darah, masuk ke dalam air minum, ke mana pun, seperti ke dalam tubuh hewan,” jelasnya.

Para sukarelawan menelusuri Sungai Tisza dengan kano dan perahu mereka, saat berpartisipasi dalam acara Piala Plastik di dekat Tiszaroff, sungai terbesar kedua di Hungaria untuk mencari sampah pada Selasa, 1 Agustus 2023. (AP/Denes Erdos)

Penelitian University of Szeged, Hungaria, tahun 2021 menunjukkan bahwa kadar mikroplastik di Sungai Tisza masih tinggi, yaitu pada 3-4 ribu fragmen per kilogram air, lebih tinggi dari di Sungai Gangga, India, yang dikenal tercemar.

Fragmen-fragmen plastik itu paling banyak berasal dari botol plastik dan sampah lain yang hancur. Selain itu, fragmen plastik juga berasal dari serat sintetis yang ditemukan pada pakaian-pakaian modern.

Menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dunia memproduksi 430 juta ton plastik setiap tahun, lebih dari dua pertiganya merupakan produk plastik berumur pendek atau sekali pakai yang cepat menjadi sampah.

OECD mengatakan, dengan kondisi saat ini, produksi plastik diperkirakan tiga kali lebih banyak pada 2060.

Hanko mengatakan, kebanyakan sampah di Sungai Tisza berasal dari daerah hulu di wilayah Transcarpathia, Ukraina, di mana minimnya opsi infrastruktur pembuangan dan pengumpulan sampah menyebabkan terjadinya pembuangan sampah secara sembarangan, sehingga membuat sampah-sampah itu terbawa sampai ke Hungaria.

Para sukarelawan menurunkan muatan dari perahu mereka yang penuh dengan sampah plastik saat mengikuti acara Piala Plastik di dekat Tiszaroff, Hungaria, 2 Agustus 2023. (AP/Denes Erdos)

Panitia Piala Plastik lantas membantu upaya pengelolaan sampah di Ukraina tahun lalu. Setelah bekerja sama dengan warga setempat, mereka berhasil mengangkut 700 ton sampah dari hulu Sungai Tisza di Ukraina.

Para relawan mengatakan, mengadakan acara serupa di sungai-sungai lain dapat membantu mengurangi beban polusi plastik yang semakin menggunung di samudra kita.

Panitia Piala Plastik bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain di Serbia, Rumania dan Bulgaria, dengan harapan dapat membagikan ilmu dan pengalaman mereka. “Cita-cita jangka panjangnya bukanlah untuk mengumpulkan sampah, tapi membuat tur kano jangka panjang,” tambah Hanko. [rd/lt]