Setelah penyeberangan perbatasan terkendali kembali, Spanyol dan Maroko Kamis (20/5) mengalihkan perhatian mereka pada penderitaan ratusan remaja dan anak-anak yang terdampar di kedua sisi perbatasan, di tengah salah satu perselisihan diplomatik terbesar antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.
Ceuta, kantong Spanyol di pesisir Afrika utara, menjadi pusat perhatian. Ratusan anak di bawah umur tanpa pendamping dijejalkan dalam gudang yang dikelola badan amal untuk karantina wajib virus corona 10 hari di bawah pengawasan polisi.
BACA JUGA: Spanyol, Maroko Bertikai Setelah 6.000 Migran Tiba Melalui LautBeberapa anak naik ke atap gedung untuk melarikan diri. Beberapa mengatakan bahwa mereka telah menyeberang tanpa sepengetahuan orang tua mereka.
Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun, dari Fnideq, kota di seberang perbatasan, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa dia menyeberang Senin ketika polisi Maroko mengumumkan bahwa perbatasan telah dibuka. "Mereka mengurung kami seolah-olah kami di penjara. Maroko adalah penjara dan Spanyol sekarang juga menjadi penjara."
Pemerintah Spanyol mengumumkan, 200 migran muda yang sudah berada di Ceuta sebelum lonjakan kedatangan tiba-tiba minggu ini, akan dipindahkan ke daratan dalam beberapa hari ke depan supaya ada ruang dalam fasilitas yang dikelola pemerintah. Berdasar undang-undang Spanyol, anak di bawah umur tetap berada di bawah pengawasan otoritas regional sampai kerabat mereka dapat ditemukan atau mereka dewasa.
Spanyol mengatakan bahwa lebih dari 8.000 orang menyeberang ke wilayah Spanyol dalam 48 jam, meskipun setidaknya 5.700 telah diusir secara massal, menuai kritik dari organisasi HAM. Banyak dari mereka atas kemauan sendiri menyeberang kembali, setelah tidak menemukan tempat berlindung di Ceuta, dan tidak ada kemungkinan berlanjut ke daratan Eropa.[ka/jm]