Rencana Australia untuk mengirim banyak pencari suaka ke negara tetangganya, Papua Nugini (PNG) dikecam oleh kelompok-kelompok HAM dan politisi oposisi.
SYDNEY, AUSTRALIA —
Tindakan itu bagian dari sebuah kebijakan imigrasi Perdana Menteri Kevin Rudd yang ditujukan untuk mengatasi jumlah rekor pencari suaka di Australia. Untuk perannya dalam rencana suaka tersebut Papua Nugini akan menerima bantuan dana dalam jumlah besar.
Pemerintah Australia telah memulai kampanye iklan di radio dan televisi untuk memperkenalkan rencana suakanya yang kontroversi kepada para pemilih menjelang pemilu akhir tahun ini.
Mulai sekarang, pendatang gelap yang datang lewat laut tidak akan punya peluang tinggal di Australia sebagai pengungsi. Sebaliknya mereka akan dibawa ke negara terdekat Papua Nugini dan diijinkan tinggal di sana jika permohonan suaka mereka disetujui.
"Orang-orang yang datang dengan perahu akan dikirim ke Papua Nugini dan selamanya tinggal di sana. Membayar penyelundup manusia bukan cara untuk menuju Australia. Peraturan kini sudah berubah," kata siaran radio.
Rencana itu diumumkan hari Jumat, setelah perundingan antara Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dan Perdana Menteri Papua New Guinea Peter O’Neil. Semua pencari suaka yang tiba dengan perahu kini akan dikirim ke Papua New Guinea dan tidak akan dimukimkan kembali di Australia jika permohonan suaka mereka berhasil.
Kebijakan baru yang keras itu keluar menjelang pemilu akhir tahun ini dimana kebijakan imigrasi terhadap pencari suaka diperkirakan akan menjadi isu politik penting.
Saingan utama Rudd, pemimpin oposisi konservatif Tony Abbott telah menghimbau pengetatan kebijakan imigrasi untuk mengatasi kedatangan pengungsi perahu, tapi mengatakan ia ragu perjanjian baru itu akan berhasil.
"Rudd telah menyesatkan sampai tidak jujur mengenai masalah ini. Rudd mengatakan berdasarkan pengaturan yang dicapai, setiap orang yang datang secara ilegal dengan perahu ke Australia akan dibawa ke Papua New Guinea/PNG dan tidak seorangpun yang pergi ke PNG akan bisa datang ke Australia. Tidak satupun dari penegasan itu tercantum dalam dokumen," ujar Abbott.
Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah kapal gelap menuju perairan utara Australia melonjak. Ratusan pencari suaka tewas di laut dalam beberapa tahun terakhir. Ada 15 ribu lebih kedatangan sejak bulan Januari sebagian besar dari Iran, Sri Lanka dan Afghanistan. Hanya sekitar 2.000 berkurang dari jumlah keseluruhan tahun lalu.
Meski demikian para pengecam menuduh Rudd melakukan kesepakatan yang terlampau keras bagi pengungsi.
Australia mengantisipasi tentangan hukum mengenai kesepakatan suakanya dengan PNG, tapi para menteri berkeras bahwa perjanjian itu akan lolos dari uji kehakiman.
Australia memberi pengungsi visa sampai sekitar 13 ribu orang setiap tahun berdasarkan kewajiban internasionalnya.
Pemerintah Australia telah memulai kampanye iklan di radio dan televisi untuk memperkenalkan rencana suakanya yang kontroversi kepada para pemilih menjelang pemilu akhir tahun ini.
Mulai sekarang, pendatang gelap yang datang lewat laut tidak akan punya peluang tinggal di Australia sebagai pengungsi. Sebaliknya mereka akan dibawa ke negara terdekat Papua Nugini dan diijinkan tinggal di sana jika permohonan suaka mereka disetujui.
"Orang-orang yang datang dengan perahu akan dikirim ke Papua Nugini dan selamanya tinggal di sana. Membayar penyelundup manusia bukan cara untuk menuju Australia. Peraturan kini sudah berubah," kata siaran radio.
Rencana itu diumumkan hari Jumat, setelah perundingan antara Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dan Perdana Menteri Papua New Guinea Peter O’Neil. Semua pencari suaka yang tiba dengan perahu kini akan dikirim ke Papua New Guinea dan tidak akan dimukimkan kembali di Australia jika permohonan suaka mereka berhasil.
Kebijakan baru yang keras itu keluar menjelang pemilu akhir tahun ini dimana kebijakan imigrasi terhadap pencari suaka diperkirakan akan menjadi isu politik penting.
Saingan utama Rudd, pemimpin oposisi konservatif Tony Abbott telah menghimbau pengetatan kebijakan imigrasi untuk mengatasi kedatangan pengungsi perahu, tapi mengatakan ia ragu perjanjian baru itu akan berhasil.
"Rudd telah menyesatkan sampai tidak jujur mengenai masalah ini. Rudd mengatakan berdasarkan pengaturan yang dicapai, setiap orang yang datang secara ilegal dengan perahu ke Australia akan dibawa ke Papua New Guinea/PNG dan tidak seorangpun yang pergi ke PNG akan bisa datang ke Australia. Tidak satupun dari penegasan itu tercantum dalam dokumen," ujar Abbott.
Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah kapal gelap menuju perairan utara Australia melonjak. Ratusan pencari suaka tewas di laut dalam beberapa tahun terakhir. Ada 15 ribu lebih kedatangan sejak bulan Januari sebagian besar dari Iran, Sri Lanka dan Afghanistan. Hanya sekitar 2.000 berkurang dari jumlah keseluruhan tahun lalu.
Meski demikian para pengecam menuduh Rudd melakukan kesepakatan yang terlampau keras bagi pengungsi.
Australia mengantisipasi tentangan hukum mengenai kesepakatan suakanya dengan PNG, tapi para menteri berkeras bahwa perjanjian itu akan lolos dari uji kehakiman.
Australia memberi pengungsi visa sampai sekitar 13 ribu orang setiap tahun berdasarkan kewajiban internasionalnya.