Usulkan Rencana Pemukiman bagi Penggembala Sapi, Pemerintah Nigeria Hadapi Reaksi Negatif

Penggembala sapi di Abuja, Nigeria (Photo:Obiezu/Videograb)

Selama bertahun-tahun, pemerintah Nigeria berusaha mencari solusi jangka panjang terhadap konflik yang terjadi antara petani dan penggembala terkait lahan merumput. Konflik ini telah menelan ribuan korban jiwa. Zona tengah negara itu paling terkena dampaknya.

Pemerintah baru-baru ini memperkenalkan suatu rencana pemukiman bagi para penggembala yang bertujuan mengakhiri pertikaian tersebut. Akan tetapi pemukiman yang dikenal sebagai RUGA dalam bahasa Hausa, menghadapi beberapa tentangan.

Haruna Isah, yang berjuang untuk menjaga dengan baik kawanan ternak milik ayahnya, selalu bangun lebih awal untuk mendapatkan tempat merumput yang segar di sekitar pusat ibukota Nigeria.

Saat Haruna bertualang mencari tempat merumput bagi ternaknya, kerapkali ia harus berbagi tempat dengan sejumlah penggembala lain dan terkadang bermasalah ketika beberapa sapinya mengembara ke ladang pertanian.

"Terkadang kita bermasalah dengan beberapa petani ketika sejumlah sapi masuk ke ladang mereka dan merusak tanaman. Para petani mengambil peralatan dan terkadang beberapa ekor ternak sampai kami membayar tebusan untuk mendapatkannya kembali,” jelasnya.

Konflik antara penggembala sapi dan petani di Nigeria sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Pertumbuhan populasi, urbanisasi dan desertifikasi yang dipicu oleh perubahan iklim yang semakin meningkat berdampak pada bertambahnya jumlah konflik.

Lebih dari 3.600 orang tewas akibat bentrokan dalam memperebutkan lahan penggembalaan ternak yang terjadi antara tahun 2015 dan 2018. Ribuan lainnya mengungsi.

Penggembala sapi di Abuja. (Foto:Obiezu/videograb)

Pemerintah mengemukakan bahwa membangun tempat-tempat merumput bagi hewan ternak, atau Ruga, bagi para gembala merupakan upaya untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Garba Abari dari DG National Orientation Agency menyatakan:

"Apa yang hendak dilakukan murni bermaksud untuk menemukan suatu cara memperingan pergerakan para penggembala domba atau sapi,” jelas Garba.

Namun rencana pemerintah Nigeria itu mendapat perlawanan keras - terutama dari bagian timur Nigeria di mana sejumlah warga menyatakan tidak akan menyerahkan tanah mereka untuk permukiman tersebut. Salah seorang warga dari wilayah bagian timur Nigeria, Ben Ejiofor mengungkapkan, "Itu bukanlah cara yang dapat membantu. Selama ini kita sudah punya Ruga tetapi ditinggalkan. Apa yang terjadi dengan Ruga yang kita miliki sejak awal? Ini adalah hal yang harus tetap dipertanyakan oleh warga Nigeria.”

Tahap perintisan rencana pemerintah terkait penyelesaian sengketa penggembalaan ternak itu menyediakan enam ladang penggembalaan per provinsi. Permukiman tersebut rencananya dilengkapi dengan sekolah-sekolah dan sejumlah rumah sakit bagi para penggembala dan keluarga mereka.

Asosiasi Petani Nigeria berharap rencana itu dapat mengakhiri krisis terkait konflik penggembalaan ternak.

"Kita perlu perdamaian, kita adalah para petani. Jika tidak ada kedamaian, kita tidak bisa bertani dan jika tidak bertani, kita tidak dapat memberi makan penduduk dan masyarakat Nigeria,” jelas Nana Bashir.

Saat ini, pihak berwenang Nigeria menangguhkan sementara rencana itu guna melanjutkan diskusi dengan para pemangku kepentingan.

Sampai suatu kesepakatan akhir dicapai, para penggembala seperti Haruna harus dapat berbuat untuk memberi makan ternak, bahkan, jika mereka sampai menimbulkan gangguan pada kepentingan umum. [mg/lt]