Damaskus menginginkan jaminan tertulis bahwa pemberontak akan menghentikan pertempuran sebelum pemerintah menarik pasukannya dari kota-kota.
Perjanjian perdamaian untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah yang diperantarai utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan tampaknya terancam gagal, hari Minggu, setelah pemerintah Presiden Bashar al-Assad mengajukan tuntutan-tuntutan baru pada saat-saat terakhir, yang segera ditolak kelompok pemberontak utama negara itu.
Seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri Suriah (Jihad Makdessi) mengatakan Suriah tidak akan membiarkan terulangnya kejadian semasa misi pemantau Liga Arab bertugas Januari lalu. Ketika itu, pemerintah menarik pasukan namun pemberontak ternyata mempersenjatai diri kembali dan merebut seluruh kawasan.
Namun, komandan kelompok pemberontak, Tentara Pembebasan Suriah, Riad al-Asaad, hari Minggu mengatakan meskipun kelompoknya siap mematuhi gencatan senjata yang ditetapkan pada 10 April, kelompok itu tidak akan memberi jaminan bagi pemerintah Suriah.
Permintaan kementerian luar negeri itu muncul sementara kekerasan yang meningkat hari Minggu diberitakan menewaskan paling sedikit 45 orang di seantero Suriah.
Kelompok oposisi utama negara itu menyatakan hampir 130 orang, kebanyakan warga sipil, tewas hari Sabtu. Annan menyebut meningkatnya kekerasan dan kekejaman di beberapa kota dan desa tidak dapat diterima sama sekali.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengritik tajam pemerintah Assad karena serangan-serangan yang terus berlangsung terhadap warga sipil dan menyebut tenggat gencatan senjata bukan alasan untuk melanjutkan pembunuhan.
Para pejabat PBB menyatakan lebih dari 9.000 orang telah tewas di Suriah sejak pemberontak dimulai 13 bulan silam.
Seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri Suriah (Jihad Makdessi) mengatakan Suriah tidak akan membiarkan terulangnya kejadian semasa misi pemantau Liga Arab bertugas Januari lalu. Ketika itu, pemerintah menarik pasukan namun pemberontak ternyata mempersenjatai diri kembali dan merebut seluruh kawasan.
Namun, komandan kelompok pemberontak, Tentara Pembebasan Suriah, Riad al-Asaad, hari Minggu mengatakan meskipun kelompoknya siap mematuhi gencatan senjata yang ditetapkan pada 10 April, kelompok itu tidak akan memberi jaminan bagi pemerintah Suriah.
Permintaan kementerian luar negeri itu muncul sementara kekerasan yang meningkat hari Minggu diberitakan menewaskan paling sedikit 45 orang di seantero Suriah.
Kelompok oposisi utama negara itu menyatakan hampir 130 orang, kebanyakan warga sipil, tewas hari Sabtu. Annan menyebut meningkatnya kekerasan dan kekejaman di beberapa kota dan desa tidak dapat diterima sama sekali.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengritik tajam pemerintah Assad karena serangan-serangan yang terus berlangsung terhadap warga sipil dan menyebut tenggat gencatan senjata bukan alasan untuk melanjutkan pembunuhan.
Para pejabat PBB menyatakan lebih dari 9.000 orang telah tewas di Suriah sejak pemberontak dimulai 13 bulan silam.