Pemimpin baru hasil pemilihan presiden diharapkan akan mengakhiri kerusuhan berbulan-bulan dan bentrokan antar-golongan.
Para anggota parlemen di Republik Afrika Tengah yang dilanda perang akan memilih presiden baru Senin (20/1), dengan harapan pemimpin baru itu akan mengakhiri kerusuhan berbulan-bulan dan bentrokan antar-golongan.
Delapan calon memenuhi syarat, termasuk dua putra mantan presiden dan dua politisi perempuan.
Tidak diperbolehkan turut mencalonkan diri adalah setiap pejabat yang pernah bekerja pada mantan Presiden Michel Zotodia. Ia meletakkan jabatan pekan lalu di bawah tekanan atas kegagalannya mengakhiri pertumpahan darah.
Juga tidak memenuhi syarat untuk menjadi calon adalah para pemimpin partai politik, tentara yang aktif dan siapa saja anggota milisi atau kelompok pemberontak dalam 20 tahun terakhir.
Para calon harus membuktikan mereka tidak mempunyai hubungan dengan Seleka – koalisi pemberontak yang sebagian besar Muslim yang melancarkan gelombang pembunuhan tahun lalu – atau dengan milisi Kristen saingannya.
Kedua kelompok terus melancarkan balas-membalas pembunuhan, walaupun adanya kehadiran 1.600 tentara Perancis dan hampir 5 ribu penjaga perdamaian Uni Afrika.
Delapan calon memenuhi syarat, termasuk dua putra mantan presiden dan dua politisi perempuan.
Tidak diperbolehkan turut mencalonkan diri adalah setiap pejabat yang pernah bekerja pada mantan Presiden Michel Zotodia. Ia meletakkan jabatan pekan lalu di bawah tekanan atas kegagalannya mengakhiri pertumpahan darah.
Juga tidak memenuhi syarat untuk menjadi calon adalah para pemimpin partai politik, tentara yang aktif dan siapa saja anggota milisi atau kelompok pemberontak dalam 20 tahun terakhir.
Para calon harus membuktikan mereka tidak mempunyai hubungan dengan Seleka – koalisi pemberontak yang sebagian besar Muslim yang melancarkan gelombang pembunuhan tahun lalu – atau dengan milisi Kristen saingannya.
Kedua kelompok terus melancarkan balas-membalas pembunuhan, walaupun adanya kehadiran 1.600 tentara Perancis dan hampir 5 ribu penjaga perdamaian Uni Afrika.