Restoran Perempuan untuk Perempuan di Gaza

Seorang pramusaji Palestina bekerja di Sabaia VIP, restoran khusus perempuan yang baru dibuka di Kota Gaza, 6 September 2022. (REUTERS/Mohammed Salem)

Sudah beberapa tahun, Amena Al-Hayek, gagal menempatkann dirinya sebagai koki utama di salah satu restoran besar di Gaza karena ia perempuan. Sekarang, ia adalah koki utama di sebuah restoran perempuan yang baru-baru ini dibuka dan dikhususkan untuk perempuan yang ingin makan di luar rumah. 

Meski baru dibuka Agustus lalu dan hanya menawarkan makanan ringan seperti roti lapis ayam dan pizza, "Sabaia VIP" sangat populer. Restoran itu diminati banyak perempuan, khususnya mereka yang sering mengeluhkan kurangnya tempat rekreasi pribadi yang aman.

“Sabaia VIP” adalah impian dari Amena Al-Hayek, juru masak atau koki utamanya, yang jadi kenyataan. Sudah lama ia ingin menjadi koki sebuah restoran besar. Namun, di kantung wilayah yang konservatif dan padat itu, impiannya selalu terjegal.

"Saya menemukan kesulitan menjadi kepala koki atau memimpin tim koki pria, karena mereka menolak dipimpin oleh perempuan. Ini adalah masyarakat maskulin, yang tidak menginginkan perempuan memimpin mereka," jelasnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Restoran Perempuan untuk Perempuan di Gaza

Amena Al-Hayek bukannya tidak punya pengalaman menjadi juru masak. Ia pernah bekerja secara sukarela alias tanpa dibayar, di sebuah hotel di Gaza. Sayangnya, meskipun ada lowongan untuk koki baru, ia tidak pernah dipertimbangkan. “Sabaia” berarti perempuan dalam bahasa Arab, pilihan kata yang menyenangkan untuk pelanggan yang seluruhnya perempuan dari segala usia.

Pemiliknya, Reham Hamouda, menjelaskan alasan pendirian restoran itu berasal dari kebutuhan memiliki sesuatu yang pribadi, di mana perempuan dapat menikmati kebebasan dan privasi mereka.

Koki Palestina Amena Al-Hayek mengamati staf yang bekerja di Sabaia VIP, restoran khusus perempuan yang baru dibuka, di Kota Gaza, 6 September 2022. (REUTERS/Mohammed Salem)

Hamouda mempekerjakan delapan perempuan di restoran itu sebagai staf. Namun ia juga memesan beragam masakan dari perempuan-perempuan yang rajin memasak di rumah mereka. Apa yang dilakukan Hamuda memberi pendapatan yang sangat dibutuhkan banyak perempuan di Gaza, di mana pengangguran berkisar sekitar 50 persen.

Al-Hayek mengaku bangga dengan posisi barunya. Ia bisa memilih sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan restorannya dan mengembangkan kreativitasnya. "Kami bisa sangat kreatif dan kami bisa membuka restoran, dan ini bisa sukses tanpa pengawasan koki pria," jelasnya.

Perempuan berusia 50 tahun itu berharap, restorannya bisa menyaingi kesuksesan restoran-restoran lain yang telah lama berdiri dan dipimpin koki-koki pria. [ab/uh]