China mengatakan akan mulai menerbitkan lagi paspor dan visa biasa, suatu langkah besar lain dalam upayanya meninggalkan kebijakan pengendalian COVID yang telah mengucilkan negara ini selama hampir tiga tahun. Ini menimbulkan kemungkinan banjir kepergian jutaan orang China ke luar negeri untuk liburan Imlek bulan depan.
Pengumuman pada hari Selasa (27/12) ini menambah perubahan mendadak yang membatalkan beberapa dari pengendalian COVID yang paling ketat di dunia, sewaktu pemerintahan Presiden Xi Jinping berusaha mengatasi kemerosotan ekonomi negaranya. Peraturan yang mengurung jutaan orang di rumah itu membuat tingkat penularan di China rendah, tetapi menimbulkan perasaan frustrasi masyarakat dan menghancurkan pertumbuhan ekonomi.
Keputusan terbaru itu dapat mengirim gelombang turis China yang bebas mengeluarkan uang ke berbagai destinasi yang membutuhkan pemasukan di Asia dan Eropa, untuk merayakan Imlek yang dimulai pada 22 Januari. Tetapi ini juga menimbulkan ancaman karena mereka dapat menyebarkan COVID-19 mengingat infeksi melonjak di China.
China berhenti menerbitkan visa untuk orang asing dan paspor untuk rakyatnya pada awal pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020.
Administrasi Imigrasi Nasional China mengatakan akan mulai menerima pengajuan penerbitan paspor pada 8 Januari untuk mereka yang akan keluar negeri. Lembaga itu akan mulai menerbitkan izin bagi turis dan pebisnis yang akan mengunjungi Hong Kong, teritori China yang memiliki kontrol perbatasan sendiri.
Lembaga itu mengatakan akan menerima permohonan penerbitan visa biasa dan izin tinggal. Ditambahkan, pemerintah “secara bertahap akan mulai” mengizinkan kembali pengunjung asing dan tidak memberi indikasi kapan perjalanan turis tanpa restriksi dari luar negeri akan diizinkan.
Para pakar kesehatan dan ekonomi memperkirakan Partai Komunis yang berkuasa akan mempertahankan restriksi perjalanan ke China hingga setidaknya pada pertengahan 2023, sewaktu negara itu melakukan gerakan vaksinasi bagi jutaan lansia. Para pakar mengatakan, ini perlu dilakukan untuk mencegah krisis kesehatan masyarakat.
Selama pandemi, warga China yang mengalami keadaan darurat keluarga atau mereka yang perjalanan dinasnya dianggap penting dapat memperoleh paspor. Tetapi beberapa pelajar dan pebisnis yang memiliki visa untuk keluar negeri telah dicegah para penjaga perbatasan untuk pergi. Sejumlah kecil pebisnis asing dan orang-orang lain yang diizinkan memasuki China dikarantinakan hingga satu pekan.
Sebelum pandemi, China adalah sumber wisatawan asing terbesar bagi negara-negara tetangganya di Asia dan menjadi pasar yang penting bagi Eropa dan AS. Pemerintah telah membatalkan atau melonggarkan sebagian besar aturan karantina, tes dan restriksi lainnya di dalam China, bergabung dengan AS, Jepang dan negara-negara lain yang berusaha hidup dengan virus dan bukannya mencegah penularan.
Jepang dan India menanggapi lonjakan infeksi di China dengan mewajibkan tes COVID bagi para pengunjung ke negara tersebut. Para pejabat AS, yang berbicara anonim terkait diskusi internal, mengatakan, Washington sedang mempertimbangkan pengambilan langkah-langkah serupa. [uh/ab]