“Sebagaimana kalian ketahui saya sekarang mendapat tugas dan amanah sebagai calon presiden RI dank arena itu saya harus patuh dan mengikuti semua ketentuan, saya tidak boleh bicara politik, saya tidak boleh kampanye, jadi saya hanya ingin mengucapkan terima kasih bahwa saya diundang hari ini. Ini kehormatan dan kebanggaan bagi saya.”
Your browser doesn’t support HTML5
Demikian tegas Prabowo Subianto, calon presiden, yang ikut berpidato dalam acara reuni 212 di Monas, Jakarta Pusat, hari Minggu (2/12). Sejumlah tokoh yang hadir juga menyatakan hal yang sama bahwa acara itu bukan kampanye atau propaganda politik. Tetapi hampir sebagian besar isi pidato berisi ajakan, seruan atau bahkan “amanah” untuk memenangkan Prabowo Subianto dalam pemilu presiden 2019. Salah satu diantaranya yang disampaikan Wasekjen Majelis Ulama Indonesia MUI Tengku ZulkarnaIn.
“Siap mewujudkan NKRI yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang subur, makmur, adil dan aman. red)? Kalau saya ditanya siapa presiden yang mampu mewujudkannya? Eh gak boleh kampanye. Saya jawab serahkan kepada tentara yang dijaga oleh ulama pasti Indonesia akan jadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” seru Tengku Zulkarnain.
Pernyataan yang disambut takbir itu jelas merujuk pada sosok Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopassus yang kini menjadi pengusaha dan politisi, dan telah mencalonkan diri sebagai calon presiden tahun 2019. Hal senada disampaikan Ketua Front Pembela Islam Rizieq Shihab, yang berbicara lewat rekaman audio yang direkam dari Mekkah, Arab Saudi. Ia berada disana sejak April 2017.
"Kami nyatakan tanpa keraguan di acara reuni mujahid 212 ini bahwa pada pilpres 2019 haram memilih capres dan caleg yang didukung partai2 penista agama, partai anti-syariat, partai yang pura-pura mendukung Pancasila padahal anti-Pancasila, anti-UUD 1945, anti-perbedaan. Partai yang senantiasa memaksa mengikuti syahwat yang merasuki diri mereka semua."
Rizieq Shihab mengulangi tiap kalimat dalam pernyataannya itu sebanyak tiga kali, yang tampaknya berupaya menegaskan apa yang disampaikannya. Ia menyebut pernyataan itu sebagai ‘’amanat perjuangan’’ dan bukan kampanye atau propaganda politik.
Rekaman Pidato Rizieq Shihab Sebut Indonesia Sedang dalam Kondisi Buruk
Ia juga menyebut Indonesia sebagai negara beragama yang “bukan negara anti-Tuhan, bukan negara liberal yang anti-agama, bukan negara sekuler yang anti-syariat.” Indonesia menurutnya sedang menghadapi sejumlah kondisi buruk antara lain “lapangan kerja dijarah asing, nilai mata uang merosot, pasar rakyat direbut, wong cilik kelaparan dan kekurangan gizi;” juga bahwa telah terjadi “pembiaran kemungkaran dan kemaksiatan,” serta adanya “kebudayaan dan pelestarian kebohongan dalam pengelolaan negara.”
Calon anggota legislatif dari PDI-Perjuangan Kapitra Ampera kepada VOA mengatakan reuni persaudaraan 212 itu kental bermuatan politik, terutama untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo. Ia meminta agar tidak membawa agama ke ranah politik dan tidak ada klaim dukungan ulama kepada salah satu calon presiden. Lebih jauh Kapitra mengatakan reuni 212 sedianya tidak perlu.
“Kalau menumbangkan Jokowi saya bertanya apa argumentasinya. Yang ada selama ini adalah presiden Jokowi justru diserang dengan pernyataan PKI dan sebagainya. Sekarang kita dicoba mau dikebuli dengan agenda ternyata mau menumbangkan Jokowi,” ujar Kapitra.
Kapitra Ampera sebenarnya adalah salah satu pendukung gerakan 212 yang dibentuk pada tahun 2016 untuk mendorong gugatan hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta ketika itu Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang dituduh telah menista agama Islam lewat pernyataannya di Kepulauan Seribu pada September 2016. Namun Kapitra dan beberapa tokoh lainnya keluar dari gerakan itu setelah Ahok divonis penjara.
Sejumlah Tokoh Ikut Hadiri Reuni 212
Reuni 212 hari Minggu (2/11) ini juga dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, mantan ketua Partai Amanat Nasional Amien Rais dan politikus Partai Berkarya Titiek Soeharto.
Penyelenggara acara mengklaim reuni 212 dihadiri oleh sekitar delapan juta orang. VOA juga merasakan tumpah ruahnya warga yang berpakaian serba putih dan membawa bendera putih dan hitam yang sama-sama bertuliskan kalimat-kalimat tauhid; tetapi tidak dapat memastikan jumlahnya. Yang pasti kemacetan terjadi hingga di beberapa bagian kota.
VOA belum berhasil menghubungi polisi untuk meminta konfirmasi jumlah peserta dan sekaligus memastikan status hukum Rizieq Shihab yang tak kunjung pulang meskipun polisi telah mengeluarkan dua SP3 (Surat Penghentian Penyidikan Perkara) untuk kasus hukum yang menjeratnya. Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Argo Yuwono belum menjawab panggilan telpon VOA meskipun sebelumnya berjanji akan memberikan wawancara. [fw/em]