RI-Malaysia Jalin Kerjasama Atasi Masalah Asap

Kantor PM Malaysia di Putrajaya, Malaysia diselimuti kabut asap dari kebakaran hutan di Indonesia (foto: dok). RI dan Malaysia telah sepakat untuk menjalin kerjasama dalam mengatasi masalah asap.

Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor hari Minggu (11/10), PM Malaysia Najib Razak berpendapat, masalah asap telah membebankan kehidupan rakyat dan perekonomian kedua negara.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Perdana Menteri Malaysia Dato ‘Sri Najib Tun Razak di Istana Kepresidenan Bogor hari Minggu (11/10). Berbagai hal dibicarakan di antaranya soal penanganan bersama mengatasi masalah asap.

Presiden Jokowi menyampaikan apresiasinya atas bantuan Malaysia dan berharap setelah pertemuan ini kedua negara dapat semakin erat menangani masalah asap.

"Dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan asap. Dan saya kira sangat produktif sekali. Kita harapkan kedepan ini juga akan menjadi kesepakatan kita untuk menangani asap di lapangan. Dan Indonesia-Malaysia akan bekerjasama untuk penanganan ini," ungkap Jokowi.

Perdana Menteri Malaysia Dato ‘Sri Najib Tun Razak berpendapat, masalah asap telah membebankan kehidupan rakyat kedua negara.

"Kita anggap perkara ini menjadi sesuatu yang serius. Karena ia menjadi seuatu yang membebankan rakyat Indonesia dan juga Malaysia. Dan memberi kesan (dampak) terhadap ekonomi, perjalanan, pengangkutan dan sebagainya," kata Najib.

Perdana Menteri Najib memastikan, Malaysia siap membantu Indonesia dalam menangani masalah asap ini yang disebabkan oleh terbakarnya hutan dan lahan di sebagian besar wilayah sumatera dan Kalimantan.

Najib menambahkan, "Kita telah membantu sebuah pesawat ke Indonesia. Dan Malaysia bersedia untuk menambah bantuannya untuk kita memadamkan api yang merebak di kawasan Indonesia. Kita paham adalah meliputi kawasan yang amat luas sekali. Dan kita bersedia menerima rombongan dari Indonesia untuk melihat pengalaman kita di Malaysia."

Pemerintah Malaysia pada Sabtu (10/11) telah mengirimkan 1 pesawat jenis Bombardir 415 MP dengan kapasitas 6 ton, dan bekerja secara loading air dengan scooping di laut. Pesawat Malaysia ini akan beroperasi sampai dengan Jumat (16/10) atau efektif kerja praktis hanya 5 (lima) hari.

Selain masalah asap Presiden Jokowi menjelaskan, kedua negara sepakat untuk membentuk Dewan Negara Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries atau CPOP). Indonesia Malaysia juga sepakat membuat standar internasional baru di bidang industri minyak sawit dunia yang ramah lingkungan.

"Karena kita tahu 85 persen produksi palm oil (dunia) adalah di Indonesia dan Malaysia. Lalu, kita akan membuat standar global baru untuk produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Jadi standar baru ini merupakan hasil harmonisasi antara standar Malaysia dengan Indonesia, yang nantinya bia diterima sebagai standar baru secara internasional di dunia. Harmonisasi standar baru ini akan menjadi standar yang ramah lingkungan dan diharapkan memberi kesejahteraan kepada 4 juta petani sawit di Indonesia dan 500 ribu petani sawit di Malaysia," papar Jokowi.

Masih berkaitan dengan sawit, kedua negara, lanjut Presiden Jokowi, juga sepakat untuk membangun Zona Ekonomi Hijau (Green Economic Zone atau GEZ). Indonesia dan Malaysia juga sepakat untuk membentuk Satuan Tugas Gabungan atau Joint Task Force untuk berkoordinasi dan mempercepat pelaksanaan keputusan yang telah disepakati oleh kedua pemerintah

Jokowi menambahkan, "Jadi, kita akan membangun sebuah kawasan industri yang berkaitan dengan sawit yangmeningkatkan nilai tambah dan juga ingin mempromosikan produk bahan bakar ramah lingkungan. Kita tadi juga sepakat untuk membentuk Satuan Tugas Gabungan / Joint Task Force dan kita harapkan ini bisa kita laksanakan."

PM Malaysia Najib Tun Razak mengatakan, kerjasama dalam bidang minyak sawit ini merupakan hal yang telah lama dibicarakan sejak 2006, namun belum ada kesepakatan yang kongkrit di lapangan.

Ia menjelaskan, "Apa yang diputuskan hari ini adalah sangat bersejarah. Pada prinsipnya Malaysia setuju untuk menjadi rekan sesama, rekan kongsi untuk membangunkan sebuah kawasan green economic zone."