Parlemen Ukraina menolak tuntutan oposisi untuk melangsungkan pemungutan suara mosi tidak percaya terhadap pemerintah PM Mykola Azarov, beberapa hari setelah Ukraina menolak menandatangani pakta perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Ribuan demonstran Ukraina berkumpul di luar gedung parlemen negara itu di Kiev Selasa (3/12) menyerukan revolusi, setelah Presiden Viktor Yanukovych menolak menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Parlemen Ukraina menolak tuntutan oposisi untuk melangsungkan pemungutan suara mosi tidak percaya terhadap pemerintah PM Mykola Azarov, beberapa hari setelah Ukraina menolak menandatangani pakta perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Sementara itu, Presiden Yanukovych telah meninggalkan negara itu untuk kunjungan kenegaraan ke China.
Pada hari Senin (2/12), ratusan demonstran menghambat pintu masuk ke gedung Kabinet dan bank sentral di Kiev. Sehari sebelumnya lebih dari 100 ribu demonstran berpawai melalui ibukota, dengan sekitar 200 orang cedera setelah sebagian demonstran berusaha menyerbu sebuah gedung pemerintah. Polisi menanggapi dengan gas air mata dan granat kejut.
Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov mengatakan demonstrasi itu “tidak terkendali” dan menunjukkan “tanda-tanda kudeta.”
Pemimpin oposisi Ukraina Arsenity Yatsenyuk, sementara itu, mengatakan kepada wartawan bahwa pemilu dini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kebuntuan tersebut.
Parlemen Ukraina menolak tuntutan oposisi untuk melangsungkan pemungutan suara mosi tidak percaya terhadap pemerintah PM Mykola Azarov, beberapa hari setelah Ukraina menolak menandatangani pakta perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Sementara itu, Presiden Yanukovych telah meninggalkan negara itu untuk kunjungan kenegaraan ke China.
Pada hari Senin (2/12), ratusan demonstran menghambat pintu masuk ke gedung Kabinet dan bank sentral di Kiev. Sehari sebelumnya lebih dari 100 ribu demonstran berpawai melalui ibukota, dengan sekitar 200 orang cedera setelah sebagian demonstran berusaha menyerbu sebuah gedung pemerintah. Polisi menanggapi dengan gas air mata dan granat kejut.
Pemimpin oposisi Ukraina Arsenity Yatsenyuk, sementara itu, mengatakan kepada wartawan bahwa pemilu dini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kebuntuan tersebut.