Ribuan warga Kolombia turun ke jalan-jalan Bogota, Senin (21/9), dalam protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kekerasan polisi.
Banyak demonstran berpawai secara damai menuju pusat kota dengan membawa spanduk dan bendera. Namun, sebagian demonstran dibubarkan dengan gas air mata setelah sekelompok kecil pemuda berkedok hitam mulai memecahkan kaca-kaca toko.
Protes itu diorganisasi oleh serikat pekerja, kelompok adat dan organisasi mahasiswa. Mahasiswa berada di balik unjuk rasa anti-pemerintah tahun lalu. Jumlah demonstran yang datang pada Senin (21/9) hanya sebagian kecil dari demonstran pada November lalu. Kurang dari seribu orang akhirnya sampai ke alun-alun Bolivar yang ikonik.
Seorang demonstran, Pablo Murillo, mengatakan ini adalah kebijakan dari kelas yang berkuasa, yang dominan. Ini bukan hal baru, tetapi selama pemerintahan Presiden Ivan Duque, kekerasan polisi meningkat.
Dua minggu lalu, 13 tewas akibat luka tembak dalam protes atas pemukulan polisi terhadap Javier Ordoñez, usia 42 tahun, ayah dua anak. Ordonez kemudian meninggal di rumah sakit. Kedua petugas polisi yang terlibat kematian Ordoñez dipenjara hari Senin sementara mereka menunggu persidangan.
Dalam protes, Senin (21/9), polisi dilarang membawa senjata api. [ka/ft]