Ribuan orang di Turki pada Sabtu (20/3) menyerukan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk membatalkan keputusannya untuk mundur dari piagam pertama di dunia yang bertujuan mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap perempuan.
Dilansir dari kantor berita AFP, pemerintah memicu kemarahan domestik dan internasional setelah mengumumkan keputusan itu sebelum fajar pada Sabtu (20/3). Keputusan itu merupakan kemenangan terbaru bagi kalangan konservatif dalam partai nasionalis Erdogan dan sekutu-sekutu mereka yang berargumen piagam itu merusak persatuan keluarga.
Konvensi Istanbul 2011, yang ditandatangani oleh 45 negara dan Uni Eropa, mewajibkan pemerintah-pemerintah untuk mengadopsi rancangan undang-undang (RUU) yang menghukum kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan serupa serta perkosaan dalam perkawinan dan sunat perempuan.
"Batalkan keputusan Anda, berlakukan piagam itu!" teriak ribuan orang dalam sebuah demo di permukiman Kadikoy di Istanbul pada Sabtu (20/3).
Menurut laporan sejumlah media, protes-protes lain yang lebih kecil diadakan di Ibu Kota Turki, Ankara, dan Kota Izmir.
Badan tertinggi hak-hak asasi manusia (HAM) Eropa, Dewan Eropa, mengecam mundurnya Turki dari piagam yang disponsorinya itu. [vm/ft]