Para pejabat di negara bagian Sungai Yei, Sudan Selatan mengatakan, ribuan orang mengungsi dari rumah mereka selama pertempuran dalam dua minggu terakhir, tidak memiliki makanan atau air bersih.
Komisi Bantuan dan Rehabilitasi di wilayah Sungai Yei mengatakan hingga 6.000 orang yang mengungsi di dalam negeri (IDP) tinggal di bawah pohon di pinggiran kota Yei. Penduduk setempat lainnya melarikan diri menyeberang perbatasan ke Republik Demokratik Kongo utara.
Warga melarikan diri dari pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak Front Keselamatan Nasional yang dipimpin oleh Thomas Cirillo. Saksi mata mengatakan kepada VOA tentara membunuh warga sipil, memperkosa perempuan, dan membakar seluruh desa.
Pengungsi IDP, Jane Dawa mengatakan penduduk desa yang mengungsi seperti dirinya tidak punya apa-apa untuk dimakan.
"Sejak kami tiba di sini lima hari yang lalu setelah lari dari desa kami, kami belum diberi makanan, wajan dan bahkan selimut. Kami menderita dan anak-anak menangis karena lapar dan tidak ada makanan," kata Dawa kepada VOA.
Pengungsi IDP James Guya, ayah dari enam anak yang juga melarikan diri bersama anak-anaknya ke tempat penampungan di luar Yei, ia mengatakan perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan bantuan.
"Kami lari ke tempat ini karena menyaksikan hal-hal buruk di desa kami. Kami tinggal di sini tanpa akses air bersih. Anak-anak minum [dan] mencuci dengan air kotor. Kami menghimbau pemerintah dan LSM untuk menyelamatkan kami dari situasi ini ," papar Guya.
Moses Mabe, koordinator komisi bantuan dan rehabilitasi untuk wilayah Sungai Yei, mengatakan pemerintah kabupaten dan negara bagian kekurangan dana untuk membantu para pengungsi. "Pemerintah tidak bisa membantu dan mempertahankan orang-orang ini," katanya.
Beberapa organisasi kemanusiaan yang beroperasi di daerah itu mengatakan mereka juga kekurangan dana yang diperlukan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada sebagian besar pengungsi. (my)