Ribuan migran yang kekurangan makan terpaksa menghabiskan malam yang dingin di perbatasan Kroasia-Serbia karena Hongaria hari Sabtu (17/10) menutup perbatasannya dengan Kroasia.
Mereka duduk di dalam bus-bus tanpa penghangat suhu, menunggu untuk masuk ke Serbia dalam perjalanan menuju Uni Eropa.
Sejak Hongaria menutup perbatasan dengan Kroasia, bus-bus itu terpaksa melewati rute yang lebih jauh lewat Slovenia.
Juru bicara badan pengungsi PBB, Babar Baloch, mengatakan Hongaria memperberat penderitaan para migran.
“Keputusan mereka untuk menutup perbatasan jelas telah menambah penderitaan dan kesengsaraan orang-orang yang sudah putus asa itu. Akan ada lebih banyak masalah jika prosesnya semakin lambat atau jumlah pengungsi yang akan melintas terus menumpuk,” kata Baloch.
Slovenia sendiri telah membatasi jumlah pengungsi yang boleh melintas maksimal 2.500 orang per hari.
“Kami tidak bisa membiarkan jumlah pengungsi yang masuk lebih banyak daripada jumlah yang nantinya akan melanjutkan perjalanan dari Slovenia. Kalau dibiarkan, dalam 10 hari saja kami harus menampung hingga 35.000 migran,” kata Bostjan Sefic, pejabat Kementerian Dalam Negeri Slovenia.
Hingga akhir tahun, sekitar 700.000 migran diperkirakan masuk Uni Eropa untuk menyelamatkan diri dari perang dan kemiskinan di tempat-tempat konflik seperti Suriah dan Afghanistan.
Uni Eropa sendiri masih belum menyepakati satu solusi untuk mengatasi arus pengungsi ini, terutama distribusi di antara ke-28 negara anggotanya.
Banyak migran itu tiba di Eropa lewat Yunani dan Turki.
Kanselir Jerman Angela Merkel menawarkan membantu mempercepat proses keanggotaan Turki di Uni Eropa jika mau menampung migran yang ditolak negara-negara Eropa lain. Merkel hari Minggu berada di Turki, yang saat ini saja sudah menampung dua juta lebih pengungsi perang. [th]