Lebih dari 2.000 tentara dan 500 polisi mengepung sebuah lingkungan padat penduduk di pinggiran ibu kota El Salvador pada Senin (28/10) dalam upaya untuk membubarkan sisa-sisa geng yang menurut presiden mencoba mendirikan toko di daerah tersebut.
“Ada sekelompok anggota geng yang bersembunyi. Kami telah memasang pagar keamanan di seluruh lingkungan itu... untuk mengekstraksi setiap anggota geng yang ada di wilayah tersebut,” tulis Presiden Salvador Nayib Bukele dalam postingannya di X.
Polisi mengepung lingkungan San Marcos dengan pagar militer, mendirikan pos pemeriksaan untuk mencegah anggota geng melarikan diri, kata Menteri Pertahanan Rene Francis Merino Monroy.
Pagar tersebut adalah yang ketiga yang dipasang di beberapa bagian San Salvador dengan tujuan mencari dan menangkap anggota geng-geng yang masih beroperasi di negara tersebut. Pada Maret, Bukele memerintahkan barikade serupa dipasang di bagian utara negara itu, yang menurutnya bertujuan untuk membubarkan sebuah kelompok pecahan dari geng Barrio 18.
Blokade tersebut adalah yang terbaru dalam perang yang dilakukan pemimpin populis tersebut terhadap geng, yang diumumkan oleh Bukele menyusul lonjakan kekerasan pada Maret 2022. Pemerintahan Bukele menyerukan “keadaan darurat” dan mengabaikan hak-hak yang dilindungi Konstitusi untuk menangkap lebih dari 1 persen penduduk El Salvador dengan sedikit bukti.
BACA JUGA: IOM: Hampir 6.300 Warga Haiti Melarikan Diri Pasca Serangan GengTindakan keras tersebut telah memicu kritik tajam dari kelompok-kelompok HAM, meningkatkan kekhawatiran mengenai kondisi penjara dan mengatakan banyak dari mereka yang ditangkap tidak bersalah atau hanya memiliki hubungan dekat dengan geng. Langkah-langkah lain yang diambilnya, seperti mengupayakan pemilihan kembali meski ada larangan konstitusional bagi presiden untuk menjalani dua masa jabatan berturut-turut, telah menimbulkan kekhawatiran bagi demokrasi.
Namun perang terhadap geng juga memberikan pukulan telak terhadap geng Barrio 18 dan geng MS-13 yang telah lama menebar teror di sebagian besar negara itu.
Langkah-langkah tersebut mengakibatkan penurunan tajam angka pembunuhan dan mendorong sentimen populis terhadap Bukele.
Meskipun secara efektif menyatakan kemenangan dalam perangnya, presiden terus memperpanjang “keadaan darurat” selama lebih dari dua tahun, dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut diperlukan untuk membasmi sisa geng-geng di El Salvador. [ab/ns]