Ribuan umat Budha dari berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara merayakan puncak peringatan Trisuci Waisak 2557 BE (Budha Era) tahun 2013 di pelataran sisi barat candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu petang (25/5).
MAGELANG, JAWA TENGAH —
Detik-detik Waisak 2557 BE (Budha Era) tahun 2013, jatuh pada hari Sabtu 25 Mei pukul 11 lebih 24 menit 39 detik, diperingati dengan puja bhakti atau berdoa di candi Mendut, sekitar dua kilometer dari candi Borobudur.
Peringatan Trisuci Waisak merupakan rangkaian tiga peristiwa yaitu memperingati kelahiran, pencapaian kesempurnaan dan meninggalnya sang Budha.
Tema peringatan Waisak tahun ini adalah peningkatan kesadaran untuk terus meningkatkan kebajikan.
Bhiksu Diwirya dari Jakarta menyampaikan harapannya untuk kedamaian Indonesia, termasuk proses pemilihan gubernur Jawa Tengah, Minggu (26/5).
“Harapan kita dengan semangat Waisak ini, kita diajak untuk meningkatkan kesadaran. Dan kesadaran ini kita gunakan untuk peduli dengan orang lain. Artinya, mengajak kita untuk saling berbagi, saling kasih dan apa yg kita harapkan khususnya untuk bangsa Indonesia ini, menjadi masyarakat yang tenang, damai dan bahagia," kata Bhiksu Diwirya. "Harapan kita tentunya siapapun yang terpilih kita dukung, dan harapan kita mereka memiliki kebijaksanaan yang tinggi,” tambahnya.
Bhiksu Tenzin Priyadharsi dari Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat, selama tiga tahun terakhir selalu menghadiri perayaan Waisak di candi Mendut dan Borobudur. Kepada VOA, ia menyatakan gembira bisa kembali ikut peringatan Waisak.
"Menurut saya, ini perayaan yang menyenangkan, dan tiap tahun pesertanya semakin bertambah. Begitu juga, cuacanya semakin sejuk. Tahun ini saya rasa kita secara khusus berdoa untuk kedamaian Indonesia maupun seluruh dunia," kata Bhiksu Priyadharsi.
Victor Gapp, warga negara Rusia yang menjadi penganut Budha sejak 20 tahun lalu dan tinggal di Indonesia selama 10 tahun, mengaku gembira bisa mengikuti perayaan Waisak untuk pertama kali.
“Ini pertama kali sebetulnya, karena (baru) pertama kali tinggal di Jawa. Dulu saya tinggal di Bali. Jadi dulu (saya) ikut (upacara peringatan umat) Hindu dan Budha disana. Disini bagus, habis sembahyang rasanya tenang dan dapat ketemu juga dengan umat dari pura-pura di seluruh Indonesia. (Budha) itu lebih karena filosofi dan agama yang lebih cocok dengan karakter saya," kata Victor Gapp.
Setelah upacara peringatan detik-detik Waisak, umat Budha melakukan prosesi sejauh dua kilometer menuju candi Borobudur dengan membawa berbagai persembahan termasuk makanan, kitab suci dan api abadi yang diambil dari Mrapen Purwodadi Jawa Tengah.
Meski ribuan umat Budha merayakan Waisak, candi Borobudur tetap dibuka untuk wisatawan seeprti dikatakan Darisman dari PT Taman WIsata Candi Borobudur.
“Semua pengunjung umum, masih diperbolehkan (masuk), cuma nanti ada instruksi khusus untuk yang di candi Borobudur di sebelah barat akan dikosongkan, " kata Darisman. "Pengunjung secara umum aya (mem)beli tiket secara umum, (untuk) pelajar ya sesuai aturan untuk pelajar. Untuk umat Budha sendiri sudah free, karena Walubi sana sudah membayar untuk 1500 umat,” tambahnya.
Perayaan Waisak menarik perhatian banyak pengunjung termasuk rombongan warga negara asing yang hadir bersama Halim dari Komunitas ASEAN Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “ (Kami) ingin memperkenalkan bahwa ASEAN adalah suatu region seperti Uni Eropa, tetapi kita memiliki keunikan tersendiri dari seni budaya dan sebagainya," papar Halim.
Peringatan Trisuci Waisak merupakan rangkaian tiga peristiwa yaitu memperingati kelahiran, pencapaian kesempurnaan dan meninggalnya sang Budha.
Tema peringatan Waisak tahun ini adalah peningkatan kesadaran untuk terus meningkatkan kebajikan.
Bhiksu Diwirya dari Jakarta menyampaikan harapannya untuk kedamaian Indonesia, termasuk proses pemilihan gubernur Jawa Tengah, Minggu (26/5).
“Harapan kita dengan semangat Waisak ini, kita diajak untuk meningkatkan kesadaran. Dan kesadaran ini kita gunakan untuk peduli dengan orang lain. Artinya, mengajak kita untuk saling berbagi, saling kasih dan apa yg kita harapkan khususnya untuk bangsa Indonesia ini, menjadi masyarakat yang tenang, damai dan bahagia," kata Bhiksu Diwirya. "Harapan kita tentunya siapapun yang terpilih kita dukung, dan harapan kita mereka memiliki kebijaksanaan yang tinggi,” tambahnya.
Bhiksu Tenzin Priyadharsi dari Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat, selama tiga tahun terakhir selalu menghadiri perayaan Waisak di candi Mendut dan Borobudur. Kepada VOA, ia menyatakan gembira bisa kembali ikut peringatan Waisak.
"Menurut saya, ini perayaan yang menyenangkan, dan tiap tahun pesertanya semakin bertambah. Begitu juga, cuacanya semakin sejuk. Tahun ini saya rasa kita secara khusus berdoa untuk kedamaian Indonesia maupun seluruh dunia," kata Bhiksu Priyadharsi.
Victor Gapp, warga negara Rusia yang menjadi penganut Budha sejak 20 tahun lalu dan tinggal di Indonesia selama 10 tahun, mengaku gembira bisa mengikuti perayaan Waisak untuk pertama kali.
“Ini pertama kali sebetulnya, karena (baru) pertama kali tinggal di Jawa. Dulu saya tinggal di Bali. Jadi dulu (saya) ikut (upacara peringatan umat) Hindu dan Budha disana. Disini bagus, habis sembahyang rasanya tenang dan dapat ketemu juga dengan umat dari pura-pura di seluruh Indonesia. (Budha) itu lebih karena filosofi dan agama yang lebih cocok dengan karakter saya," kata Victor Gapp.
Setelah upacara peringatan detik-detik Waisak, umat Budha melakukan prosesi sejauh dua kilometer menuju candi Borobudur dengan membawa berbagai persembahan termasuk makanan, kitab suci dan api abadi yang diambil dari Mrapen Purwodadi Jawa Tengah.
Meski ribuan umat Budha merayakan Waisak, candi Borobudur tetap dibuka untuk wisatawan seeprti dikatakan Darisman dari PT Taman WIsata Candi Borobudur.
“Semua pengunjung umum, masih diperbolehkan (masuk), cuma nanti ada instruksi khusus untuk yang di candi Borobudur di sebelah barat akan dikosongkan, " kata Darisman. "Pengunjung secara umum aya (mem)beli tiket secara umum, (untuk) pelajar ya sesuai aturan untuk pelajar. Untuk umat Budha sendiri sudah free, karena Walubi sana sudah membayar untuk 1500 umat,” tambahnya.
Perayaan Waisak menarik perhatian banyak pengunjung termasuk rombongan warga negara asing yang hadir bersama Halim dari Komunitas ASEAN Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “ (Kami) ingin memperkenalkan bahwa ASEAN adalah suatu region seperti Uni Eropa, tetapi kita memiliki keunikan tersendiri dari seni budaya dan sebagainya," papar Halim.