Roket China yang meledak di ruang angkasa pada pekan lalu menghasilkan lebih dari 700 potongan puing, yang membahayakan lebih dari 1.000 satelit dan obyek lain di wilayah orbit Bumi yang padat, kata para analis pada Jumat (9/8).
Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST) milik negara China pada Selasa meluncurkan 18 satelit internet ke orbit, memulai tahap pertama dari jaringan komunikasi yang akan bersaing dengan konstelasi Starlink milik SpaceX.
Bagian atas roket yang membawa satelit-satelit tersebut tampaknya meledak segera setelah muatannya berhasil dilepaskan. Insiden ini menyebabkan terbentuknya lapangan puing yang semakin membesar. Perusahaan pelacak ruang angkasa AS memperkirakan bahwa saat ini terdapat setidaknya 700 potongan puing.
SSST tidak menanggapi permintaan komentar.
Perusahaan pelacak antariksa AS, LeoLabs, menyatakan bahwa jumlah serpihan kemungkinan melebihi 900, menjadikannya salah satu insiden terbesar yang pernah terjadi. Awan serpihan, yang terbentuk pada ketinggian sekitar 800 kilometer, diperkirakan akan bertahan selama beberapa tahun, kata beberapa analis.
Belum jelas apakah pecahnya badan roket terbaru disebabkan oleh tabrakan dengan objek lain atau ledakan bahan bakar roket yang tidak terpakai. Komando Antariksa AS awalnya melaporkan bahwa peristiwa tersebut menciptakan 300 serpihan, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan penyebaran awan serpihan.
Lebih dari 1.100 satelit dan objek lain di antariksa berisiko bertabrakan dengan serpihan China, kata Audrey Schaffer, wakil presiden strategi di perusahaan pelacak antariksa Slingshot Aerospace, kepada Reuters.
"Yang kita lihat sekarang adalah lebih dari 1.100 prediksi konjungsi dengan jarak tabrakan kurang dari 5 km dalam tiga hari ke depan," kata Schaffer. Dia menambahkan bahwa sekitar sepertiga dari objek yang berisiko tersebut adalah wahana antariksa aktif yang kemungkinan dapat bermanuver untuk menghindar.
BACA JUGA: Space Pioneer: Potongan Roket Tianlong-3 Jatuh di China TengahSchaffer menjelaskan bahwa objek-objek lainnya adalah potongan-potongan sampah antariksa yang tidak dapat dikendalikan dan tidak memiliki cara untuk menghindari puing-puing baru. Akibatnya, banyak analis yang khawatir terjadinya tabrakan beruntun.
Bagian roket Long March 6A dari China pada 2022 juga hancur di luar angkasa dan menciptakan ratusan potongan puing. Peristiwa ini memicu kritik dari negara-negara Barat dan pendukung keberlanjutan antariksa, yang menyarankan agar Beijing lebih mengontrol cara pembuangan badan roket bekas.
"Terus terang sangat mengecewakan bahwa roket tersebut mengalami masalah yang sama lagi," kata Schaffer. "Peristiwa yang menghasilkan puing-puing seperti ini yang berpotensi dapat dihindari seharusnya tidak terjadi lagi." [ah/ft]