Ulama Muslim moderat Hassan Rouhani hari Sabtu (3/8) telah dilantik sebagai Presiden ketujuh Iran, menggantikan Mahmoud Ahmadinejad yang habis masa jabatannya.
Pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, melantik Rouhani sebagai presiden, Sabtu, pada upacara resmi yang disiarkan ke seantero Iran dan luar negeri.
Pelantikan Presiden Rouhani yang disaksikan oleh masyarakat umum akan dilangsungkan pada hari Minggu (4/8).
Rouhani, seorang ahli hukum yang juga belajar ilmu agama sejak masa remaja, pernah menduduki beberapa pos politik senior di Iran selama beberapa dekade, termasuk memimpin tim perunding nuklir Iran selama lebih dari 15 tahun (1989-2005).
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Rouhani berjanji akan berupaya mencabut sanksi-sanksi Barat terhadap Iran. Ia mengatakan tujuan sanksi-sanksi tersebut adalah untuk mengucilkan Iran dan mendorong negara itu ke arah kekacauan.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Iran dalam upaya menekannya agar mengakhiri program nuklirnya. Beberapa negara, termasuk Amerika, telah memberlakukan sanksi-sanksi mereka sendiri.
Rouhani juga mengatakan para pemfitnah dan musuh-musuh Iran telah berusaha membuat Iran terkucil penuh, untuk memperlebar perpecahan antara pemerintah dan rakyat. Namun, ia mengatakan, partisipasi publik yang kuat pada pemilihan presiden Juni lalu menggagalkan rencana yang ia tuduhkan itu.
Ulama berusia 64 tahun itu akan menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk ekonomi yang merosot serta pandangan dunia luar yang sebagian besar negatif terhadap kebijakan-kebijakan nuklir kontroversial Iran.
Presiden adalah kepala pemerintahan Iran. Pemimpin agung Iran adalah kepala negara dan memberi persetujuan akhir bagi keputusan-keputusan politik penting.
Hassan Rouhani, dijadwalkan akan diambil sumpahnya di hadapan parlemen, hari Minggu (4/8) sehari setelah ia menerima pengesahan dan penegasan resmi atas peran barunya dari pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sabtu petang, Rouhani bertemu dengan politisi Korea Utara Kim Yong Nam, pertemuannya yang pertama dengan pejabat dari negara lain.
Media Iran melaporkan bahwa Rouhani telah menunjuk Mohammad Nahandavian sebagai kapala staf. Nahandavian memperoleh gelar doktor ekonomi dari Universitas George Washington di Amerika Serikat.
Rouhani adalah presiden Iran yang ketujuh, menggantikan Mahmoud Ahmedinejad.
Pelantikan Presiden Rouhani yang disaksikan oleh masyarakat umum akan dilangsungkan pada hari Minggu (4/8).
Rouhani, seorang ahli hukum yang juga belajar ilmu agama sejak masa remaja, pernah menduduki beberapa pos politik senior di Iran selama beberapa dekade, termasuk memimpin tim perunding nuklir Iran selama lebih dari 15 tahun (1989-2005).
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Rouhani berjanji akan berupaya mencabut sanksi-sanksi Barat terhadap Iran. Ia mengatakan tujuan sanksi-sanksi tersebut adalah untuk mengucilkan Iran dan mendorong negara itu ke arah kekacauan.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Iran dalam upaya menekannya agar mengakhiri program nuklirnya. Beberapa negara, termasuk Amerika, telah memberlakukan sanksi-sanksi mereka sendiri.
Rouhani juga mengatakan para pemfitnah dan musuh-musuh Iran telah berusaha membuat Iran terkucil penuh, untuk memperlebar perpecahan antara pemerintah dan rakyat. Namun, ia mengatakan, partisipasi publik yang kuat pada pemilihan presiden Juni lalu menggagalkan rencana yang ia tuduhkan itu.
Ulama berusia 64 tahun itu akan menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk ekonomi yang merosot serta pandangan dunia luar yang sebagian besar negatif terhadap kebijakan-kebijakan nuklir kontroversial Iran.
Presiden adalah kepala pemerintahan Iran. Pemimpin agung Iran adalah kepala negara dan memberi persetujuan akhir bagi keputusan-keputusan politik penting.
Hassan Rouhani, dijadwalkan akan diambil sumpahnya di hadapan parlemen, hari Minggu (4/8) sehari setelah ia menerima pengesahan dan penegasan resmi atas peran barunya dari pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sabtu petang, Rouhani bertemu dengan politisi Korea Utara Kim Yong Nam, pertemuannya yang pertama dengan pejabat dari negara lain.
Media Iran melaporkan bahwa Rouhani telah menunjuk Mohammad Nahandavian sebagai kapala staf. Nahandavian memperoleh gelar doktor ekonomi dari Universitas George Washington di Amerika Serikat.
Rouhani adalah presiden Iran yang ketujuh, menggantikan Mahmoud Ahmedinejad.