Rouhani: Dunia Akui Hak Iran untuk Perkaya Uranium

Presiden Iran Hassan Rouhani menyambut baik perjanjian nuklir yang dicapai hari Minggu pagi di Jenewa (24/11).

Presiden Iran hari Minggu (24/11) menyambut perjanjian nuklir penting dengan enam negara kuat dan menyebutnya sebagai pengakuan atas hak Iran untuk menggunakan nuklir.
Para pemimpin Iran telah menyambut perjanjian nuklir penting dengan enam negara kuat dan menyebutnya sebagai pengakuan atas hak Iran untuk menggunakan nuklir dan permulaan dari diakhirinya sanksi-sanksi internasional.

Ketika berbicara dalam siaran televisi hari Minggu (24/11), Presiden Hassan Rouhani mengatakan perjanjian sementara yang dicapai hari Minggu pagi di Jenewa itu mengakui apa yang disebut Iran sebagai haknya untuk memperkaya uranium.

Kata Iran, pengayaan uranium itu hanya untuk maksud-maksud damai, tapi Israel khawatir bahwa Iran bisa memperkaya uranium untuk dijadikan senjata nuklir.
Perjanjian yang berlaku selama enam bulan itu mensyaratkan supaya Iran menetralisir simpanan uraniumnya yang diperkaya sampai 20 persen, tapi mengizinkan Iran memperkaya uranium dibawah tingkat lima persen.

Iran juga tidak diperkenankan melanjutkan pembangunan reaktor nuklir air berat di kota Arak, karena fasilitas itu bisa menghasilkan plutonium, yang bisa dijadikan senjata nuklir.

Sebagai imbalan, kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman sepakat untuk mencabut sementara sejumlah sanksi internasional yang telah melemahkan perekonomian Iran.

Kata Amerika, Iran akan bisa mengakses 4,2 milyar dolar hasil penjualan minyaknya yang dibekukan, ditambah 1,5 milyar dollar hasil penjualan logam-logam berharga, mobil dan bahan-bahan petrokimia.

Pemimpin Iran menyebut perjanjian itu sebagai permulaan suatu proses untuk mengakhiri sanksi-sanksi yang dikenakan oleh negara-negara barat dan dewan Keamanan PBB karena Iran menolak untuk menghentikan pengayaan uranium.