Skid Row merupakan kawasan tempat tinggal bagi sekitar 66 ribu tunawisma. Selama 14 tahun, Pendeta Stephen “Cue” Jn Marie memberi khotbahnya setiap Jumat malam di Row Church, sebuah gereja tanpa bangunan di kawasan Skid Row, Los Angeles.
“Kami pergi keluar dan memberi mereka makanan, ya, pertama-tama, kami memberi mereka apa yang kami sebut, makanan spiritual, berupa doa, dan kemudian kami memberikan makanan untuk tubuh.” katanya.
Ia melakukan itu tanpa memperhitungkan apakah para tunawisma itu mengikuti kebaktian atau tidak.
Pihak berwenang mengatakan harga sewa yang melonjak dan gaji yang stagnan telah memperburuk masalah tunawisma, dan Los Angeles membutuhkan tambahan sekitar setengah juta unit perumahan terjangkau.
Pejabat lokal bersiap-siap menghadapi keadaan yang lebih buruk karena lonjakan pengangguran yang diakibatkan pandemi virus corona. Pihak berwenang telah menampung sebanyak 6.000 orang setelah virus Covid-19 merebak, namun ribuan lainnya masih tinggal di jalanan, menjadi masyarakat yang terabaikan.
“Ada banyak orang baik di sini, namun umumnya orang-orang yang terlupakan, seperti mantan anggota gang, mantan pelacur atau germo, mantan tahanan, atau orang-orang yang dilupakan keluarga mereka. Jadi mereka akhirnya tinggal di sini,” kata Kevin Floyd yang tinggal di tempat penampungan tunawisma.
BACA JUGA: Tunawisma Kian Tertekan di Masa PandemiKebanyakan dari mereka berada di Skid Row karena kesulitan hidup, kata Kayo Anderson, seorang musisi yang terpaksa menjadi tunawisma karena tagihan biaya rumah sakit yang besar. Anderson kini menjadi pengelola musik Row Church.
“Ini merupakan satu-satunya tempat dimana saya dapat mengatakan orang-orang ini otentik, mereka sungguhan, mereka orang yang penuh kasih dan suka memberi. Saya belum pernah mendapati banyak orang memberi seperti ketika waktu saya datang kesini, yang tentu saja, merupakan kawasan termiskin di Los Angeles,” kata Kayo.
Warga Amerika keturunan Afrika empat kali lebih mungkin menjadi tunawisma dibandingkan kelompok ras lain, kata sejumlah pejabat lokal dan mereka yang menangani urusan tunawisma.
“Ini merupakan masalah sistemik yang sudah berlangsung lama, dan jika Anda mencoba untuk tidak menanganinya mulai sekarang, Anda tidak akan pernah bisa menanganinya,” tambah pendeta Stephen “Cue” Jn-Marie.
“Saya yakin bahwa gerakan kecil seperti ini yang akan mengubah paradigma. Kami tidak boleh terfokus pada kebencian, kami tidak boleh terfokus pada apa yang sedang terjadi di Washington, D.C. Kami butuh terfokus di sini, di tempat ini, secara pribadi, dengan orang yang Anda jumpai.” Kata Kayo menanggapi usaha yang digelar Stephen “Cue” Jn-Marie melalui Row Church. [lj/ab]