Ketahanan pangan Somalia juga didera oleh berbagai aksi dari kelompok militan, seperti Al Shabaab.
Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini, Somalia mulai menemukan kembali pijakannya, setelah tiga dekade kekacauan yang disebabkan oleh pertikaian para panglima perang dan kelompok-kelompok ekstrimis.
Munculnya pertanian dengan rumah kaca dipandang sebagai jalan yang memberikan kesempatan bagi para petani, untuk membudidayakan buah dan sayuran ke pasar lokal.
Abdurahman Mire, Direktur “Green Life Company”, mengatakan bahwa ide di balik usaha ini adalah agar negara tersebut lebih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kami mengamati bahwa kebanyakan sayuran yang dikonsumsi di Mogadishu diimpor dari luar negeri. Hal ini mendorong kami untuk berusaha dalam bidang pertanian cerdas, memanfaatkan sistem rumah kaca dan irigasi. Tujuan kami adalah untuk menyediakan produk yang tersedia di pasar sepanjang tahun,” kata Mire.
Pertumbuhan sektor ini telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi sarjana pertanian yang masih muda, seperti Mohamed Mahdi.
“Saya senang bahwa perusahaan-perusahaan yang berada di belakang bisnis rumah kaca ini telah menciptakan kesempatan kerja bagi kami,” kata dia.
“Sebagai generasi muda, kami merupakan 75 persen dari seluruh populasi Somalia, dan menyumbang angka pengangguran yang tinggi di negara ini, kami bersyukur untuk kesempatan kerja di sektor keahlian yang kami pilih,” tambah Mahdi.
Menurut Biro Statistik Nasional Somalia, tingkat pengangguran untuk masyarakat berusia antara 15 dan 24 tahun saat ini adalah 30,1 persen.
Supermarket lokal di Mogadishu secara mencolok memajang produk-produk dari rumah kaca ini, dan mengundang pujian dari para konsumen, seperti Sucdi Hassan.
“Mengetahui bahwa sayur mayur ini diproduksi secara lokal, membuat kami merasa aman,” kata dia.
“Saya berharap para petani lokal kami terus memproduksi lebih banyak dan meningkatkan produksi mereka,” tambahnya.
Mohamed Barre, Menteri Pemuda dan Olahraga, memuji inisiatif untuk berperan bagi penyediaan lapangan pekerjaan dan stabilitas ekonomi.
“Anak-anak muda yang menginisiasi pertanian modern memberikan sumbangan penting bagi negara kami,” kata Barre.
Meski begitu, ada kekhawatiran terkait kelayakan lingkungan dari pertanian rumah kaca itu sendiri.
Metode ini membutuhkan energi cukup besar untuk penerangan, pemanasan, dan pendinginan, selain itu juga membutuhkan banyak air.
George Wamukoya, Ketua Tim di Kelompok Pendukung Perunding Afrika (AGNES) mengatakan bahwa rumah kaca memberikan solusi yang baik untuk meningkatkan ketahanan pangan di Somalia, tetapi dia juga memperingatkan bahwa kehati-hatian harus diambil untuk mengelola sumber-sumber air.
“Irigasi skala kecil itu penting, tetapi hal itu harus didasarkan pada perhitungan dengan ilmu pengetahuan yang baik terkait jumlah air tanah yang dibutuhkan, sehingga kita mampu mengatur penggunaannya dan memastikan keberlanjutannya,” ujar Wamukoya. [ns/jm]