Rumah Sakit Gaza Penuh Sesak Rawat Anak-anak pasca Serangan Udara Israel

  • Associated Press

Warga Palestina mencoba menarik seorang gadis keluar dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza utara, Rabu, 1 November 2023. (Foto: AP)

Lapisan debu tebal yang menutupi wajah anak-anak yang dibawa ke Rumah Sakit Al-Aqsa yang berada di tengah Gaza pada Kamis (2/11) menyulitkan untuk membedakan mana yang masih hidup atau sudah tewas.

Dua serangan udara Israel meluluhlantakkan seluruh blok gedung apartemen di kamp pengungsi Bureij dan merusak dua sekolah milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sudah dialihfungsikan sebagai tempat perlindungan. Warga Palestina yang tertimbun puing-puing, besar dan kecil, berbondong-bondong mendatangi rumah sakit yang kondisinya saat itu sebenarnya sudah terlalu penuh untuk menerima mereka.

Tubuh-tubuh mungil terkulai di lantai keras rumah sakit. Seorang anak laki-laki kehabisan darah di lantai ketika petugas medis mencoba menghentikan aliran darah dari kepalanya. Seorang bayi berbaring di sampingnya dengan masker oksigen terpasang – tubuhnya tertutup debu tebal dan tampak kesulitan bernapas. Sang ayah duduk di samping mereka.

Seorang pria Palestina menggendong seorang anak tewas yang ditemukan di bawah reruntuhan bangunan yang hancur, menyusul serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza utara, 1 November 2023. (Foto: AP)

“Inilah mereka, Amerika! Ini dia, Israel!” dia berteriak. "Mereka anak-anak. Anak-anak kami meninggal setiap hari.”

Lebih dari 3.700 anak-anak dan remaja di bawah umur Palestina tewas dalam waktu kurang dari satu bulan pertempuran. Rentetan pengeboman Israel memaksa lebih dari separuh penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta orang meninggalkan rumah mereka, sementara makanan, air dan bahan bakar semakin menipis.

Ketika pasukan Israel mengepung Kota Gaza dan terus melancarkan serangan darat, jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah.

Perang itu dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober. Militan Hamas melancarkan serangan melintas batas hingga menewaskan sekitar 1.400 orang di Israel dan menyandera ekitar 240 orang lainnya. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 9.000 warga Palestina di Gaza tewas sejak perang pecah. Serangan tersebut adalah perang kelima dan jauh lebih mematikan di antara perang-perang sebelumnya antara dua musuh bebuyutan tersebut.

BACA JUGA: Jajak Pendapat: Warga Palestina Sulit Mendapatkan Kebutuhan Dasar Sebelum Perang

Belum jelas mengapa Israel menargetkan Bureij, yang terletak di tengah Gaza. Padahal Israel sebelumnya sudah mendorong warga untuk mengungsi demi keselamatan dari pertempuran berat di utara.

Pasukan Israel mengatakan bahwa serangan udara di seluruh Gaza ditujukan kepada pusat komando militer Hamas yang tersembunyi di wilayah sipil. Namun pernyataan itu tidak menyebutkan Bureij secara khusus. Israel menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Serangan terhadap Bureij pada Kamis (2/11) membunuh setidaknya 15 orang, kata Pemadam Kebakaran Gaza. Mereka mengatakan puluhan lainnya diyakini terkubur di dalamnya.

Anak-anak duduk bersama di sekitar seorang anak laki-laki yang memasak mie instan di atas api dalam oven darurat dari tong daur ulang, di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 31 Oktober 2023. (Foto: AFP)

Paramedis dan petugas tanggap darurat berjuang untuk mengevakuasi orang yang terluka dan mati akibat infrastruktur yang lumpuh dan kekurangan bahan bakar. Sebaliknya, korban masuk ke rumah sakit dalam gendongan kerabat, tetangga, atau siapa pun yang mampu mengangkut yang terluka.

Di Bureij, yang dihuni sekitar 46.000 orang, warga Palestina menggali puing-puing, mencari korban selamat. Seorang gadis kecil yang ditemukan di bawah puing dilarikan ke ruang gawat darurat. Meski dengan kaki yang berberdarah dan wajah yang tertutup debu tebal, si kecil meyakinkan petugas medis bahwa kondisi dia baik-baik saja. [ah/ft]