Kementerian Luar Negeri Rusia hari Rabu (3/11) membantah laporan tentang penumpukan pasukan di perbatasan dengan Ukraina, menggambarkannya sebagai “kampanye palsu yang baru di media Amerika.”
“Kami mengamati serangkaian informasi yang dirilis, termasuk pada kami, tetapi faktanya, lebih banyak pada kebenaran, yang ada di artikel media Amerika tentang Rusia soal pengerahan pasukan ke perbatasan Ukraina,” ujar juru bicara Maria Zakharova dalam konferensi pers mingguannya.
“Ini bukan hanya laporan palsu, ini semua kampanye palsu yang baru di media-media Amerika,” tambah Zakharova.
BACA JUGA: Pentagon Amati Kemungkinan Peningkatan Pasukan Rusia di Perbatasan UkrainaAneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, dan dukungan Rusia pada pemberontak di bagian timur Ukraina telah mendorong hubungan Rusia dan negara-negara Barat ke titik terendah pasca Perang Dingin.
Ketegangan memuncak kembali awal tahun ini ketika Rusia meningkatkan jumlah pasukannya di dekat perbatasannya dengan Ukraina, termasuk di Krimea, yang memicu kekhawatiran internasional.
Rusia Minta Afghanistan Mulai Rekonsiliasi Nasional
Sementara terkait soal Afghanistan, Zakharova mengatakan pemimpin-pemimpin negara itu seharusnya “mencari persamaan dan melakukan rekonsiliasi nasional untuk membangun kembali perdamaian, stabilitas dan keamanan yang abadi di Afghanistan dan kawasan sekitarnya.”
Pemimpin perlawanan nasional Afghanistan Ahmad Massoud baru-baru ini mengumumkan dimulainya tindakan militer terhadap gerakan Taliban.
BACA JUGA: Taliban Resmi Larang Penggunaan Mata Uang Asing di AfghanistanTidak seperti banyak negara lain, Rusia tidak mengevakuasi staf kedutaannya di Kabul. Segera setelah Taliban mengambilalih ibu kota, Duta Besar Rusia Untuk Afghanistan justru bertemu pemimpin Taliban.
Taliban masih ada dalam daftar organisasi teroris yang dikeluarkan Rusia tahun 2003, dan hingga saat ini belum mencabut organisasi itu dari daftar tersebut. [em/jm]