Rusia dan China Perkuat Kerja Sama Pertahanan dengan Dialog ‘Substantif’

Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Rusia, menghadiri pertemuan dengan Zhang Youxia, Wakil Ketua Komisi Militer Pusat China, di Beijing, 15 Oktober 2024. (Foto: via Reuters)

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022 ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing kurang dari tiga minggu sebelum pasukannya melancarkan invasi dalam skala penuh ke Ukraina.

Rusia dan China mengadakan pembicaraan pertahanan dan militer yang “substantif” untuk meningkatkan hubungan, kata menteri pertahanan Rusia pada Selasa (15/10). Hal itu dilakukan seiring upaya Moskow dan Beijing memperkuat kemitraan “tanpa batas” dan meningkatkan kritik terhadap upaya Amerika Serikat untuk memperluas pengaruhnya di Asia.

“Departemen militer Rusia dan China bersatu dalam penilaian mereka terhadap proses global, dan mereka memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang perlu dilakukan dalam situasi saat ini,” menurut pernyataan Menteri Pertahanan Andrei Belousov dalam sebuah unggahan di aplikasi pesan Telegram Kementerian Pertahanan Rusia.

Belousov mengatakan bahwa dia bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat China, Zhang Youxia, untuk pembicaraan yang “sangat substantif.” Kementerian Pertahanan China mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa kedua belah pihak berharap untuk memperdalam dan memperluas hubungan militer dan mempertahankan pertukaran tingkat tinggi.

Kunjungan Belousov ke Beijing dilakukan ketika militer China bersumpah untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Taiwan jika diperlukan pascalatihan perang satu sehari yang disebutnya sebagai peringatan atas “tindakan separatis” yang menuai kecaman dari pemerintah Taiwan dan Amerika Serikat.

BACA JUGA: Menhan China: Beijing, dan Rusia Harus 'Perkuat Kolaborasi Strategis'

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022 ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing kurang dari tiga minggu sebelum pasukannya melancarkan invasi dalam skala penuh ke Ukraina, yang memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Pada Mei tahun ini, Putin dan Xi Jinping dari China menjanjikan “era baru” kemitraan antara dua rival terkuat AS, yang mereka anggap sebagai hegemoni Perang Dingin yang agresif dan menebarkan kekacauan di seluruh dunia. Putin dan Xi juga sepakat untuk memperdalam “kemitraan strategis” mereka, kata Belousov, tanpa memberikan rincian, dan menambahkan bahwa ia yakin bahwa “pekerjaan yang bermanfaat dan adopsi berbagai keputusan yang signifikan dan berbobot akan segera terjadi.”

BACA JUGA: Rusia dan China Dituding Halangi Pernyataan Pimpinan ASEAN soal Laut China Selatan

Rusia mengatakan pekan lalu bahwa mereka berdiri bersama China dalam berbagai isu di Asia, termasuk kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya dan “upaya-upaya yang disengaja” untuk memperkeruh situasi di sekitar Taiwan.

Amerika Serikat mengatakan bahwa China mendukung upaya perang Rusia di Ukraina dengan memasok apa yang disebut sebagai barang-barang multifungsi, termasuk mikroelektronika, yang bisa membantu Rusia membuat senjata.

China mengatakan bahwa mereka tidak menyediakan persenjataan kepada pihak manapun, dan bahwa perdagangan normal dengan Rusia seharusnya tidak terganggu atau dibatasi. [th/ab]