Rusia mengaku mengevakuasi ratusan anak dari sejumlah desa karena meningkatnya hujanan tembakan di wilayah perbatasan Kota Belgorod, di mana situasinya dianggap mengkhawatirkan oleh Kremlin.
Lebih dari setahun semenjak invasi ke Ukraina, Rusia kini menghadapi peningkatan serangan di tanahnya sendiri, termasuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pekan lalu di wilayah selatan Belgorod dan sebuah serangan drone di Moskow pada Selasa (30/5).
Pihak berwenang mulai mengevakuasi anak-anak dari distrik Shebekino dan Graivoron di perbatasan, kata gubernur wilayah, Vyacheslav Gladkov, di Telegram.
Gladkov mengatakan, 300 anak pertama akan dibawa ke Voronezh, kota yang berjarak 250 kilometer lebih jauh ke dalam wilayah Rusia. Sementara lebih dari 1.000 anak lainnya akan dipindahkan ke provinsi lain dalam beberapa hari ke depan, tambahnya.
Koresponden untuk kantor berita pemerintah RIA Novosti di dekat Voronezh mengatakan, bus-bus telah tiba dengan membawa 150 orang penumpang.
Gladkov mengatakan, situasi semakin memburuk di desa Shebekino, di mana ia melaporkan terjadi lebih banyak hujan tembakan di siang hari, yang melukai empat orang, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Pada Selasa, satu orang tewas dan dua lainnya terluka dalam sebuah serangan di pusat pengungsian di wilayah tersebut. Beberapa depot juga diserang dalam beberapa minggu terakhir.
Serangan-serangan itu dilancarkan di tengah persiapan Kyiv untuk melakukan serangan balasan besar-besaran terhadap pasukan Moskow.
“Keadaannya cukup mengkhawatirkan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, terkait hujan tembakan di wilayah itu.
“Sejauh ini kami belum mendengar satu pun kecaman dari pihak Barat,” kata Peskov.
Kremlin menuduh Ukraina – dan para pendukungnya di Barat – berada di balik meningkatnya jumlah serangan yang dilaporkan.
Pada Selasa, kementerian luar negeri Rusia mengatakan, Barat “mendorong pemimpin Ukraina untuk melakukan tindakan yang semakin sembrono” setelah terjadinya sebuah serangan di kawasan permukiman di Moskow.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan, delapan drone digunakan dalam serangan itu, lima diantaranya berhasil dijatuhkan dan tiga lainnya dilumpuhkan.
Sedikitnya tiga bangunan rusak ringan, termasuk dua bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi di barat daya kota Moskow yang dikenal sebagai kawasan elit.
Ukraina, yang hampir selalu mendapat serangan setiap malam di ibu kotanya, membantah pihaknya “terlibat secara langsung” dalam serangan tersebut.
Amerika Serikat mengatakan pihaknya tidak mendukung serangan di wilayah Rusia, melainkan memberi perlengkapan dan pelatihan bagi Kyiv untuk merebut kembali wilayahnya.
Jurnalis AFP mengunjungi ibu kota wilayah itu, Belgorod, akhir pekan lalu.
Warga mengaku khawatir, namun mereka pasrah.
“Apa yang bisa kami lakukan? Kami hanya berteriak ‘Oh!’ dan ‘Ah!’ Apa yang itu semua bisa ubah?” kata seorang pensiunan guru, Rimma Malieva (84).
Sebagian besar orang yang berbicara kepada AFP mengaku percaya pihak berwenang akan memperbaiki kelemahan yang terungkap melalui serangan terakhir.
Evgeny Sheikin, seorang tukang bangunan berusia 41 tahun, tetap mengatakan, “hal itu seharusnya tidak terjadi.” [rd/rs]