Rusia Hadapi Kecaman atas Vonis terhadap Kelompok Musik

Aktivis Rusia pendukung kelompok musik Pussy Riot membawa tulisan 'Bebaskan Pussy Riot' di depan gereja katedral di St.Petersburg, Rusia (17/8).

Rusia sedang menghadapi kecaman yang meningkat atas hukuman penjara dua tahun terhadap anggota kelompok musik punk perempuan.
Tiga orang anggota kelompok musik punk perempuan telah didakwa melakukan aksi 'premanisme' saat menggelar protes di katedral Ortodoks di ibukota Moskow.

Seorang hakim menjatuhkan hukuman untuk tiga anggota band Pussy Riot itu hari Jumat, memicu demonstrasi di kota-kota di seluruh dunia, termasuk Moskow, London, Paris dan New York. Tim pembela ketiga musisi perempuan itu berencana untuk mengajukan banding.

Anggota band itu ditangkap Maret, setelah menyanyikan lagu "doa punk" di katedral utama Moskow, yang memohon agar Bunda Maria membebaskan Rusia dari Vladimir Putin, yang terpilih untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden Rusia beberapa minggu setelah protes tersebut.

Gereja Ortodoks mengeluarkan pernyataan Jumat, meminta agar pemerintah Rusia menunjukkan belas kasihan bagi para perempuan itu sesuai kerangka hukum.

Kantor berita Perancis melaporkan bahwa jajak pendapat telepon yang dilakukan oleh stasiun radio Gema Moskow hari Sabtu menunjukkan 77 persen pendengar merasa "tidak mungkin setuju dengan putusan itu."

Amerika Serikat mengatakan hukuman itu "tidak proporsional" dan mendesak pihak berwenang Rusia untuk meninjau kembali kasus itu untuk menjamin penegakan hak kebebasan berekspresi.

Diplomat tinggi Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan kasus ini menambah apa yang disebutnya kebangkitan terbaru melawan intimidasi bermotif politik dan penindasan aktivis oposisi di Rusia.

Amnesty International menganggap para perempuan itu tahanan hati nurani.

Ratusan orang berkumpul di luar gedung pengadilan Moskow Jumat untuk mendukung band tersebut. Beberapa ditangkap, termasuk pemimpin oposisi Sergei Ukaltsov dan mantan juara catur Garry Kasparov yang merupakan pengecam keras Putin.