Rusia mengecam serangan-serangan udara AS yang menewaskan seorang komandan Iran berpengaruh, Jumat (3/1) di negara tetangganya, Irak, dan menyebutnya sebagai “langkah ceroboh” yang mengancam “perdamaian dan stabilitas kawasan” di Timur Tengah.
AS membunuh Jenderal Qassem Soleimani, komandan pasukan elit Korp Garda Revolusi Iran, Quds, dalam serangan drone sewaktu ia dan rombongannya meninggalkan bandara utama Baghdad dengan mobil.
Para pejabat Pentagon menyatakan Presiden Donald Trump memerintahkan serangan itu untuk mencegah serangan mendatang terhadap pasukan Amerika di kawasan.
Namun dengan tekad pemimpin Iran untuk melakukan tanggapan militer, Rusia secara terbuka mempertanyakan pemahaman Gedung Putih mengenai kekerasan yang dilakukannya.
BACA JUGA: Tewasnya Komandan Pasukan Quds Iran Picu Kekhawatiran Global“Tindakan semacam itu tidak menciptakan solusi untuk masalah rumit di Timur Tengah. Sebaliknya, ini akan mengarah pada babak baru eskalasi ketegangan di kawasan,” sebut Kementerian Luar Negeri Rusia dalam suatu pernyataan yang diposting di situs webnya.
Dalam pernyataan terpisah, kementerian mencatat bahwa Soleimani telah “mengabdi dengan setia dan membela kepentingan nasional Iran” dan menyatakan belasungkawa kepada rakyat Iran atas kematian Soleimani.
Biro pers Kremlin kemudian mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas serangan itu dengan sejawatnya, Presiden Perancis Emmanuel Macron melalui telepon, dan kedua pihak sependapat bahwa “tindakan ini mungkin secara serius meningkatkan ketegangan di kawasan.”
Reaksi ini mencerminkan hubungan Rusia dan Iran yang kian dekat, hubungan yang ditempa oleh aliansi militer selama empat tahun di Suriah, di mana Moskow dan Teheran sama-sama memberikan bantuan kepada sekutu bersama mereka, pemimpin Suriah Bashar al-Assad.
BACA JUGA: Tewasnya Komandan Quds oleh AS Munculkan Seruan Menahan Diri dan PembalasanBeberapa media melaporkan bahwa Soleimani, yang dianggap luas sebagai arsitek militer aksi Iran di Timur Tengah, bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu di Moskow pada tahun 2016, untuk secara pribadi membahas ofensif Suriah. Pemerintah Iran dan Rusia sama-sama membantah pertemuan itu pernah terjadi.
Soleimani masuk daftar orang yang dikenai sanksi perjalanan oleh PBB dan dikenai sanksi oleh AS sejak 2005 karena ia pendukung terorisme.
Para pengamat di Moskow mengatakan kecil peluangnya Rusia akan membantu Iran bila terjadi konflik militer yang lebih luas.
“Tidak ada yang dapat dilakukan Rusia,” kata Alexey Malashenko, yang telah lama menjadi pengamat Timur Tengah dan direktur Institute of Dialogue and Civilization, dalam wawancara dengan VOA di Moskow.
“Ini adalah situasi yang melibatkan Iran, AS dan Irak,” lanjutnya. [uh/ab]