Rusia Masukkan Navalny ke Daftar ‘Teroris’ 

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny melihat ke kamera saat berbicara dari penjara melalui tautan video selama sidang pengadilan di Petushki, wilayah Vladimir, 120 kilometer timur Moskow, Rusia, 17 Januari 2022. (AP Photo/Denis Kaminev)

Rusia telah menambahkan kritikus Kremlin yang dipenjarakan, Alexei Navalny dan beberapa sekutunya ke daftar “teroris dan ekstremis”, sementara pemerintah melanjutkan serangannya terhadap masyarakat sipil negara itu.

Nama Navalny dan lima rekannya, Lyubov Sobol, Vyacheslav Gimadi, Georgy Alburov, Lilia Chanysheva, dan Ruslan Shaveddinov, tampak dalam daftar Rosfinmonitoring 25 Januari, membuat mereka disamakan dengan kelompok-kelompok nasionalis sayap kanan dan organisasi teroris internasional seperti Taliban dan ISIS.

Langkah ini menandai hal terbaru dalam penindakan keras yang tengah berlangsung terhadap jaringan politik Navalny yang kini telah dinyatakan terlarang serta penindakan yang lebih luas terhadap masyarakat sipil.

Kurang dari dua pekan silam, dua rekan dekat Navalny, Leonid Volkov dan Ivan Zhdanov, ditambahkan dalam daftar itu. Berdasarkan hukum, ini berarti rekening bank mereka harus langsung dibekukan.

BACA JUGA: Rusia Tahan Dua Sekutu dari Aktivis Alexei Navalny

Sejak tahun lalu, setelah Navalny kembali dari Jerman, di mana ia menjalani pemulihan dari serangan racun yang hampir menewaskannya, ribuan pengunjuk rasa telah ditahan karena berdemonstrasi mendukung pengecam Kremlin itu, dan banyak di antaranya yang dipenjarakan.

Lebih dari separuh koordinator politiknya telah meninggalkan Rusia atau ditangkap karena aktivisme mereka, dan sebagian dimasukkan daftar buronan sebagai “teroris” atau “ekstremis.”

Para wartawan yang menyelidiki kasus peracunan Navalny dan menyebutkan tentang investigasi korupsinya telah dicap sebagai “agen-agen asing.”

Tahun lalu, Pengadilan Kota Moskow menetapkan semua organisasi yang terkait dengan Navalny sebagai “ekstremis,” menghalangi orang-orang yang terkait dengan Navalny dan jaringan kantor regionalnya di seluruh Rusia untuk menduduki jabatan publik.

BACA JUGA: Pengadilan Rusia Tutup Organisasi HAM Terkemuka

Putusan mengenai organisasinya juga disertai kemungkinan masa hukuman penjara yang lama bagi para aktivis yang bekerja dengan mereka.

Navalny sendiri telah dipenjarakan sejak Februari 2021 setelah menjalani pengadilan cepat dan dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara karena melanggar ketentuan pembebasan bersyarat sebelumnya, yang dianggap luas sebagai kasus yang dibuat-buat dan berlatar belakang politik.

Navalny telah menuding Presiden Rusia Vladimir Putin di balik kasus peracunannya dengan bahan kimia seperti Novichok.

Kremlin telah membantah keterlibatan apa pun dalam kasus peracunan Navalny. [uh/ab]