Bank sentral Rusia pada Jumat (25/10) menaikkan suku bunga utama sebesar dua poin persentase menjadi 21 persen, tertinggi dalam sejarah negara itu. Langkah tersebut diambil untuk mengendalikan inflasi yang terus melonjak akibat belanja militer, yang membebani kapasitas ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa serta mendorong kenaikan upah pekerja.
Bank sentral menyatakan "pertumbuhan permintaan domestik masih jauh melampaui kemampuan untuk memperluas pasokan barang dan jasa." Dalam pernyataan itu, bank sentral juga menyebutkan inflasi "jauh melampaui perkiraan Bank Rusia pada Juli," dan "ekspektasi inflasi terus meningkat." Mereka memperkirakan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga pada Desember.
Ekonomi Rusia terus mengalami pertumbuhan akibat meningkatnya pendapatan ekspor minyak dan belanja pemerintah, yang sebagian besar dialokasikan untuk militer. Namun, peningkatan itu memicu inflasi yang signifikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, bank sentral menerapkan suku bunga yang lebih tinggi, yang membuat pinjaman bank dan belanja barang-barang menjadi lebih mahal. Secara teori, suku bunga tinggi diharapkan dapat mengurangi tekanan pada harga.
Gubernur bank sentral, Elvira Nabiullina, menyatakan bahwa inflasi diperkirakan akan dua kali lipat dari target bank sebesar 4 persen per tahun. Ia juga menekankan komitmen bank untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang ditargetkan.
Nabiullina mengungkapkan bahwa inflasi telah melampaui target karena didorong oleh peningkatan belanja pemerintah dan peraturan perbankan yang longgar. Hal tersebut mendorong bank komersial untuk menawarkan lebih banyak pinjaman. Ia juga menambahkan bahwa pertumbuhan harga yang melebihi target selama bertahun-tahun telah memicu ekspektasi inflasi yang tinggi di kalangan konsumen.
"Ada ketahanan terhadap ekspektasi inflasi yang tinggi karena inflasi telah melampaui level target selama empat tahun," kata Nabiullina. "Semakin jauh inflasi melebihi target, semakin sedikit orang dan perusahaan yang percaya bahwa inflasi bisa kembali ke level rendah."
BACA JUGA: Rusia Proyeksi Naik Pendapatan Ekspor Migas 2024 Jadi $239,7 MiliarIni adalah suku bunga acuan tertinggi di Rusia sejak pertama kali ditetapkan pada 2013 untuk menggantikan suku bunga pembiayaan kembali. Sebelumnya, suku bunga tertinggi terjadi pada Februari 2022, ketika bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 20 persen untuk menopang rubel sebagai respons terhadap sanksi Barat setelah Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina.
Ekonomi Rusia tumbuh 4,4 persen pada kuartal kedua 2024, dengan tingkat pengangguran rendah sebesar 2,4 persen. Pabrik-pabrik beroperasi penuh, banyak di antaranya berfokus pada produksi senjata dan perlengkapan militer. Produsen domestik juga mengisi kekosongan akibat penurunan impor yang dipengaruhi oleh sanksi Barat dan keputusan perusahaan asing untuk menghentikan bisnis di Rusia.
Pendapatan pemerintah didorong oleh pertumbuhan ekonomi serta ekspor minyak dan gas, meskipun sanksi yang diterapkan lebih ringan dan ada batasan harga $60 dari pemerintah Barat untuk minyak Rusia. Batasan tersebut melarang perusahaan asuransi dan pengirim barang Barat untuk menangani minyak yang melebihi harga tersebut.
Namun, Rusia berhasil menghindari batasan tersebut dengan menggunakan armada tanker sendiri tanpa asuransi Barat, sehingga memperoleh pendapatan minyak sekitar $17 miliar pada Juli. [ah/ft]