Menlu Rusia Sergei Lavrov mengimbau negara-negara barat agar 'menghindari kesalahan di masa lalu' dan tidak mengambil tindakan militer terhadap Suriah.
LONDON —
Pemerintah negara-negara Eropa sedang mempertimbangkan tanggapan mereka setelah minggu lalu ratusan warga sipil diduga dibunuh pasukan pemerintah dekat Damaskus dalam serangan senjata Kimia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan intervensi militer terhadap pemerintah Suriah tanpa persetujuan PBB akan menjadi “pelanggaran gawat" hukum internasional.
Lavrov mengeluarkan komentar itu dalam konferensi pers hari Senin (26/8), hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague mengatakan kepada BBC bahwa tanggapan internasional terhadap krisis Suriah bisa saja dilakukan tanpa dukungan penuh DK PBB.
"Apakah mungkin menanggapi penggunaan senjata kimia tanpa persetujuan seluruh DK PBB? Saya mengatakan bisa. Kalau tidak, mustahil menanggapi kekejaman dan kejahatan semacam itu," kata Hague.
William Hague mengatakan tekanan diplomatik sejauh ini gagal menyelesaikan konflik Suriah dan harus ditegaskan bahwa penggunaan senjata kimia tidak bisa digunakan “tanpa hukuman”.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan Perancis bersedia ikut dalam koalisi internasional melawan Suriah kalau Dewan Keamanan PBB tidak sepakat.
Tapi berbicara kepada Radio "Europe-1", ia mengatakan keputusan untuk mengambil tindakan militer di Suriah belum diambil.
Penyelidik senjata PBB sedang mengumpulkan bukti-bukti dugaan serangan senjata kimia yang terjadi hari Rabu lalu dimana ratusan orang tewas.
Kedua pihak dalam konflik Suriah yang terus berlangsung, menyangkal bertanggung jawab.
Inggris dan Perancis sebelumnya mengatakan yakin pasukan Suriah melancarkan serangan kimia itu, sementara seorang juru bicara pemerintah Amerika mengatakan Amerika “hampir tidak meragukan” bahwa pasukan pemerintah Bashar al-Assad bertanggung jawab. Assad mengatakan tuduhan-tuduhan itu “bermotif politik”.
Dalam konferensi pers hari Senin, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan Amerika, Inggris dan Perancis tidak punya bukti bahwa pihak berwenang Suriah bersalah melakukan serangan kimia.
Kelompok bantuan 'Doctors Without Borders' mengatakan sekitar 3600 pasien yang di rawat di RS menunjukkan “gejala-gejala neurotoxin” setelah serangan minggu lalu. Kelompok itu mengatakan 355 orang tewas.
Sejak konflik Suriah dimulai, sekutu Suriah, Rusia dan China berkali-kali menghalangi sanksi-sanksi terhadap pemerintah Assad.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan intervensi militer terhadap pemerintah Suriah tanpa persetujuan PBB akan menjadi “pelanggaran gawat" hukum internasional.
Lavrov mengeluarkan komentar itu dalam konferensi pers hari Senin (26/8), hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague mengatakan kepada BBC bahwa tanggapan internasional terhadap krisis Suriah bisa saja dilakukan tanpa dukungan penuh DK PBB.
"Apakah mungkin menanggapi penggunaan senjata kimia tanpa persetujuan seluruh DK PBB? Saya mengatakan bisa. Kalau tidak, mustahil menanggapi kekejaman dan kejahatan semacam itu," kata Hague.
William Hague mengatakan tekanan diplomatik sejauh ini gagal menyelesaikan konflik Suriah dan harus ditegaskan bahwa penggunaan senjata kimia tidak bisa digunakan “tanpa hukuman”.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan Perancis bersedia ikut dalam koalisi internasional melawan Suriah kalau Dewan Keamanan PBB tidak sepakat.
Tapi berbicara kepada Radio "Europe-1", ia mengatakan keputusan untuk mengambil tindakan militer di Suriah belum diambil.
Penyelidik senjata PBB sedang mengumpulkan bukti-bukti dugaan serangan senjata kimia yang terjadi hari Rabu lalu dimana ratusan orang tewas.
Kedua pihak dalam konflik Suriah yang terus berlangsung, menyangkal bertanggung jawab.
Inggris dan Perancis sebelumnya mengatakan yakin pasukan Suriah melancarkan serangan kimia itu, sementara seorang juru bicara pemerintah Amerika mengatakan Amerika “hampir tidak meragukan” bahwa pasukan pemerintah Bashar al-Assad bertanggung jawab. Assad mengatakan tuduhan-tuduhan itu “bermotif politik”.
Dalam konferensi pers hari Senin, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan Amerika, Inggris dan Perancis tidak punya bukti bahwa pihak berwenang Suriah bersalah melakukan serangan kimia.
Kelompok bantuan 'Doctors Without Borders' mengatakan sekitar 3600 pasien yang di rawat di RS menunjukkan “gejala-gejala neurotoxin” setelah serangan minggu lalu. Kelompok itu mengatakan 355 orang tewas.
Sejak konflik Suriah dimulai, sekutu Suriah, Rusia dan China berkali-kali menghalangi sanksi-sanksi terhadap pemerintah Assad.