Rusia mengatakan pada hari Kamis (14/4) bahwa kapal komandan armada AL negara itu di Laut Hitam rusak parah dan semua awaknya dievakuasi setelah terjadi ledakan, yang menurut Ukraina adalah serangan rudal.
Media pemerintah Rusia mengutip kementerian pertahanan negara itu yang menyatakan api yang meledakkan amunisi di kapal Moskva, sebuah penjelajah berpeluru kendali.
Gubernur Odesa mengatakan dua rudal jelajah menghantam kapal itu.
Sementara itu, Gedung Putih pada hari Rabu memperkuat pernyataan mengejutkan Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin melakukan genosida di Ukraina.
Biden juga mengumumkan bahwa Washington mengirim lagi bantuan senilai $800 juta dalam bentuk senjata, amunisi, dan lainnya ke Ukraina.
“Presiden berbicara sesuai dengan apa yang kita semua lihat, apa yang dia rasakan jelas sekali dalam hal kekejaman yang terjadi di lapangan,” kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki tentang pernyataan genosida tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak deskripsi yang dikemukakan oleh Biden, dan mengatakan, “Kami menganggap upaya semacam ini mengubah situasi tidak dapat diterima. (Pernyataan) ini sulit diterima dari seorang presiden Amerika Serikat, sebuah negara yang telah melakukan kejahatan belakangan ini.”
BACA JUGA: AS Kirim Bantuan Militer Baru Senilai $800 Juta ke UkrainaBiden memberi tahu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tentang pengiriman bantuan itu dalam percakapan telepon selama satu jam pada hari Rabu (13/4). Dia kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Militer Ukraina telah menggunakan senjata yang kami berikan dengan efek yang menghancurkan. Amerika Serikat akan terus memberi Ukraina kemampuan untuk mempertahankan diri.”
Meskipun gagal merebut Kyiv dan sebagian besar Ukraina, pasukan Rusia telah membombardir banyak kota, membunuh ribuan warga sipil Ukraina dan menghancurkan perumahan dan rumah sakit.
Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths baru-baru ini pergi ke Moskow dan Kyiv untuk mengupayakan gencatan senjata. Tetapi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada para wartawan pada hari Rabu bahwa gencatan senjata itu tampaknya tidak mungkin terjadi sekarang. [lt/ab]