Rusia Tetap Pakai Euro dan Dolar untuk Kontrak Gas

Pipa gas alam terlihat berada di depan bendera Rusia dalam sebuah ilustrasi, 8 Februari 2022. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Rusia berencana untuk tetap mempertahankan jenis mata uang dalam kontrak ekspor gas ke Eropa, yaitu euro dan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, Moskow akan mengusahakan agar pembayaran akhir jual beli gas pada akhirnya dapat dilakukan dalam mata uang rubel, sebagai salah satu opsi untuk mengalihkan mata uang perdagangan gas, dua sumber yang berasal dari Rusia mengatakan pada Rabu (30/3).

Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia, produsen gas alam utama dunia, akan segera meminta negara-negara yang dianggap "tidak ramah" untuk membayar impor gasnya dalam rubel. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan krisis gas di Eropa.

"Hanya mata uang pembayaran yang berubah, mata uang kontrak tidak," kata salah satu sumber. Misalnya, untuk kesepakatan yang diperoleh dalam euro, pembayaran harus dilakukan dengan nilai tukar rubel/euro resmi yang ditetapkan oleh bank sentral Rusia, kata sumber itu.

BACA JUGA: Rusia Ingatkan Barat: Tagihan Gas dalam Rubel Tinggal Menghitung Hari

Presiden Rusia mengatakan kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz melalui telepon pada Rabu (30/3) bahwa tidak ada yang akan berubah (dalam kontrak gas) untuk mitra Eropanya. Pembayaran masih akan dilakukan dalam euro dan ditransfer ke bank Gazprom, kata seorang juru bicara Jerman.

Mereka menambahkan bahwa Scholz berkomitmen pada perjanjian G7 bahwa pasokan energi dari Rusia hanya akan dibayar dalam euro atau dolar AS.

Skema yang diusulkan itu adalah salah satu opsi dan belum final, kata sumber tersebut. Menurut sumber Rusia ketiga, Gazprombank yang merupakan bank terbesar ketiga Rusia dapat difungsikan sebagai perantara transaksi antara pembeli gas dan perusahaan gas Rusia, Gazprom.

Kapal tanker Sun Arrows memuat muatan gas alam cair dari proyek Sakhalin-2 di pelabuhan Prigorodnoye, Rusia, pada 29 Oktober 2021. (Foto: AP)

Pembayaran harus dilakukan dalam setara rubel pada saat transaksi yang telah disepakati sebelumnya, kata sumber tersebut.

"Belum ada keputusan akhir, pembicaraan sedang berlangsung," kata sumber keuangan yang terlibat dalam penyusunan skema pembayaran gas kepada Reuters. Bank sentral, Gazprom dan Gazprombank tidak memberikan konfirmasi.

Kremlin pada Rabu (30/3) mengatakan hal tersebut dapat diperluas ke ekspor Rusia lainnya, dan sumber tersebut menawarkan rincian pertama yang telah ditunggu-tunggu oleh investor dan pelanggan.

BACA JUGA: Jerman Khawatir Rusia Setop Pasokan Gas Akibat Permintaan Pembayaran dalam Rubel

Tidak ada kejelasan apakah pembeli gas dari negara-negara yang disebut tidak bersahabat, mereka yang bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia, akan menerima permintaan untuk membayar dalam rubel.

Gazprombank adalah salah satu lembaga utama yang berfungsi untuk pembayaran minyak dan gas Rusia. Hal tersebut telah disetujui Inggris bersama dengan beberapa perusahaan Rusia lainnya awal bulan ini.

Pada Rabu (30/3), Jerman mengeluarkan rencana darurat untuk mengelola pasokan gas jika Moskow mengganggu atau menghentikan pasokan jika terjadi kebuntuan terkait isu pembayaran kontrak gas dalam mata uang rubel.

Vladimir Putin, CEO Gazprom Alexei Miller dan mantan kanselir Jerman Gerhard Schroeder di luar Vyborg, 6 September, 2011. (Foto: AFP)

Putin akan mendengarkan proposal tentang cara mengalihkan pembayaran ke rubel, termasuk dari Gazprom dan bank sentral, pada Kamis (31/3). Skema tersebut akan dipublikasikan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Rabu (30/3).

Pelanggan tidak akan diwajibkan untuk beralih ke rubel mulai Kamis (31/3), kata Peskov, karena "pembayaran dan pengiriman adalah proses yang memakan waktu."

Gazprom, yang menyumbang 40 persen dari impor gas Eropa, tidak mengungkapkan harga jual gasnya. Namun perusahaan tersebut telah merencanakan untuk membebankan biaya rata-rata $296 per 1.000 meter kubik ke negara-negara Barat pada tahun ini, naik dari $280 pada 2021. [ah/rs]