Jurubicara kementerian luar negeri Rusia, Alexander Lukashevich, mengatakan penempatan misil Patriot NATO di dekat perbatasan Turki-Suriah tidak akan mendukung stabilitas di kawasan itu.
Rusia memperingatkan negara itu menentang kemungkinan penempatan misil Patriot milik NATO dekat perbatasan Turki dengan Suriah.
Jurubicara kementerian luar negeri Rusia, Alexander Lukashevich, mengatakan, Kamis, permohonan Turki untuk penempatan aliansi militer Barat itu tidak akan mendukung stabilitas di kawasan itu.
Para dubes NATO, Rabu (21/11) bertemu untuk membahas permohonan Turki itu, menyusul pembicaraan selama berpekan-pekan antara Ankara dan sekutu-sekutu NATO terkait upaya peningkatan keamanan di perbatasan sepanjang 900 kilometer untuk menghindari melebarnya perang saudara di Suriah ke luar negara itu.
Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan penempatan misil itu akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara Turki dan membantu meredakan krisis sepanjang perbatasan tenggara NATO.
Turki mengatakan Selasa (20/11) mereka telah menemukan sekutu-sekutu yang sepakat untuk menyuplai sistim misil Patriot yang canggih. Hanya Amerika, Belanda dan Jerman yang memiliki sistem itu.
Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengatakan, ia sudah mengatakan kepada dubes negaranya untuk NATO agar menyetujui permohonan Turki itu.
Desa-desa Turki di perbatasan terkena tembakan artileri dari Suriah ketika pasukan yang setia pada Damaskus memerangi para pemberontak yang berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Rasmussen mengatakan, pengerahan misil itu merupakan langkah pertahanan untuk mengonter serangan mortir, dan bukan untuk menegakkan aturan zona larangan terbang di atas Suriah. Para pemberontak Suriah menyerukan pemberlakuan zona larangan terbang karena mereka hampir tidak bisa bertahan dari serangan pasukan udara Suriah.
Jurubicara kementerian luar negeri Rusia, Alexander Lukashevich, mengatakan, Kamis, permohonan Turki untuk penempatan aliansi militer Barat itu tidak akan mendukung stabilitas di kawasan itu.
Para dubes NATO, Rabu (21/11) bertemu untuk membahas permohonan Turki itu, menyusul pembicaraan selama berpekan-pekan antara Ankara dan sekutu-sekutu NATO terkait upaya peningkatan keamanan di perbatasan sepanjang 900 kilometer untuk menghindari melebarnya perang saudara di Suriah ke luar negara itu.
Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan penempatan misil itu akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara Turki dan membantu meredakan krisis sepanjang perbatasan tenggara NATO.
Turki mengatakan Selasa (20/11) mereka telah menemukan sekutu-sekutu yang sepakat untuk menyuplai sistim misil Patriot yang canggih. Hanya Amerika, Belanda dan Jerman yang memiliki sistem itu.
Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengatakan, ia sudah mengatakan kepada dubes negaranya untuk NATO agar menyetujui permohonan Turki itu.
Desa-desa Turki di perbatasan terkena tembakan artileri dari Suriah ketika pasukan yang setia pada Damaskus memerangi para pemberontak yang berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Rasmussen mengatakan, pengerahan misil itu merupakan langkah pertahanan untuk mengonter serangan mortir, dan bukan untuk menegakkan aturan zona larangan terbang di atas Suriah. Para pemberontak Suriah menyerukan pemberlakuan zona larangan terbang karena mereka hampir tidak bisa bertahan dari serangan pasukan udara Suriah.