Rusia Tuding Intelijen Barat Bantu Ukraina Lakukan Sabotase

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara di Moskow (5/4).

Presiden Rusia menuding agen-agen intelijen Barat berperan dalam membantu Ukraina melakukan aksi sabotase. Ia mendesak pejabat-pejabatnya melancarkan respons yang lebih tegas. Sebelumnya, ia menyatakan bahwa hubungan Amerika-Rusia dalam krisis yang parah.

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam konferensi video dengan anggota Dewan Keamanannya, Rabu (5/4).

"Ada alasan untuk menegaskan bahwa kemungkinan badan-badan intelijen pihak ketiga, negara-negara Barat, terlibat dalam persiapan serangan sabotase tersebut," kata Putin.

Putin mencatat, empat wilayah menghadapi serangan Ukraina dan tindakan sabotase untuk menakut-nakuti penduduk setempat. Ia menambahkan bahwa pihak berwenang harus bertindak "tegas dan efektif" dan memastikan "kendali atas situasi tersebut."

Beberapa pejabat yang ditunjuk Rusia di daerah-daerah yang baru bergabung itu tewas dan terluka dalam rangkaian pemboman dan serangan lain. Putin mendesak pejabat-pejabatnya memperkuat upaya untuk mengintegrasikan sepenuhnya keempat wilayah itu ke Rusia dan melindungi penduduk lokal dari serangan Ukraina.

"Tugasnya adalah melakukan segalanya untuk mengintegrasikan wilayah Rusia yang bersejarah - Donbas dan Novorossiya – menjadi kawasan ekonomi, hukum, pendidikan negara kita," tambah Putin.

BACA JUGA: Presiden Ukraina Berkunjung ke Polandia

Juga Rabu, Putin terang-terangan mengatakan kepada duta besar-duta besar baru Amerika dan Uni Eropa bahwa negara mereka bertanggung jawab atas merosotnya hubungan sejak Rusia mengerahkan militernya ke Ukraina tahun lalu. Dalam sambutan di mana ia menerima mandat diplomatik dari duta besar 17 negara, termasuk Amerika, ia mengatakan, Rusia terbuka untuk kemitraan yang konstruktif dengan setiap negara dan tidak akan mengisolasi diri, terlepas dari situasi rumit di dunia.

Putin mengatakan bahwa hubungan Amerika-Rusia "dalam krisis yang parah."

"Hubungan antara Rusia dan Amerika, yang secara langsung memengaruhi keamanan dan stabilitas global, sayangnya dalam krisis yang parah. Pendekatan mendasar yang berbeda terhadap pembentukan tatanan dunia yang modern adalah penyebabnya," tandasnya.

Putin menuduh bahwa dukungan Amerika untuk protes Maidan Ukraina yang pada 2014 menyingkirkan presiden pro-Kremlin dari kekuasaan telah mendorong operasi militer khusus Rusia saat ini di Ukraina.

Hubungan antara Rusia dan Barat sudah sangat tegang sebelum Rusia memulai apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina. Tetapi hubungan itu semakin merosot sejak saat itu. Rusia, kata Putin, terpaksa campur tangan di Ukraina untuk membendung campur tangan Barat yang semakin mengancam keamanannya.

Barat dan Ukraina menolak pernyataan Putin, menilainya sebagai dalih tak berdasar untuk perang penaklukan. Barat menerapkan rentetan sanksi ekonomi dan mulai memasok Ukraina dengan persenjataan canggih dan sumber daya lainnya untuk melawan pasukan Rusia.

Your browser doesn’t support HTML5

Rusia Tuding Intelijen Barat Bantu Ukraina Lakukan Sabotase

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu, mengklaim bahwa tentara Ukraina menderita kerugian besar di wilayah Donetsk dalam 24 jam terakhir. Juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov mengatakan dalam pengarahan harian bahwa 410 tentara Ukraina tewas. Ia juga mengatakan bahwa Rusia menghancurkan berbagai perlengkapan tempur Ukraina, di antaranya tank dan kendaraan tempur lapis baja.

Klaim tersebut belum bisa dikukuhkan pihak ketiga.

Terkait Ukraina, NATO, Rabu, memperingatkan "konsekuensi mendalam" jika China mulai mengirim senjata dan amunisi ke Rusia. Sekjen NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan setelah memimpin pertemuan menteri-menteri luar negeri 31 negara anggota NATO di Brussels, Rabu, mengatakan, “Sikap NATO jelas bahwa setiap pemberian bantuan mematikan ke Rusia dari China akan menjadi kesalahan besar dengan konsekuensi mendalam.”

Stoltenberg menolak menyebutkan apa implikasi dari langkah semacam itu. Ia hanya memperingatkan bahwa itu akan melibatkan "konsekuensi yang berat."

“Kalau Beijing dan Moskow menolak tatanan internasional yang berbasis aturan, semakin penting bahwa kita terus bersatu,” katanya. [ka/lt]