Rwanda Tutup Perbatasan dengan Kongo Terkait Wabah Ebola

Warga Kongo berjalan di dekat penghalang gerbang di perbatasan dengan Rwanda menyusul penutupannya akibat ancaman wabah Ebola di Goma. (Foto: dok).

Rwanda, Kamis (1/8) menutup perbatasannya dengan Kongo, sewaktu seorang pejabat Kongo mengatakan satu orang yang kontak dengan orang kedua yang positif terkena Ebola di kota perbatasan Goma kini dirawat setelah menunjukkan tanda-tanda terjangkit penyakit mematikan itu.

Koordinator Ebola untuk provinsi North Kivu, Dr. Aruna Abedi, mengatakan kepada Associated Press bahwa orang yang sedang dirawat itu diduga mengidap Ebola. Belum jelas benar apakah orang itu adalah anggota keluarga seorang lelaki yang meninggal karena Ebola, Rabu (31/7). Ia tinggal beberapa hari di rumah bersama keluarganya sewaktu menunjukkan gejala terjangkit Ebola.

Jika ia dikukuhkan positif terjangkit Ebola, ini akan menjadi penularan pertama Ebola dalam kasus wabah ini di dalam Goma, kota berpenduduk lebih dari 2 juta orang di perbatasan Rwanda.

Perkembangan ini muncul sementara wabah yang menewaskan lebih dari 1.800 orang ini memasuki tahun kedua penyebarannya. Ini merupakan wabah Ebola kedua yang paling banyak menelan korban dalam sejarah, dan bulan lalu Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan situasi ini sebagai darurat global yang langka.

WHO merekomendasikan untuk tidak memberlakukan larangan perjalanan di tengah-tengah berlangsungnya wabah tetapi menyatakan bahwa risiko penyebaran Ebola di kawasan “sangat tinggi.”

Menteri Negara urusan Luar Negeri Rwanda Olivier Nduhungirehe membenarkan penutupan perbatasan itu kepada Associated Press, Kamis (1/8), sehari setelah para pejabat WHO memuji negara-negara Afrika yang tetap membuka perbatasan mereka. Pekan lalu Arab Saudi tidak lagi mengeluarkan visa kepada orang-orang dari Kongo dengan alasan wabah Ebola, tidak lama sebelum musim haji di sana bulan ini. [uh/lt]