Sambut Keputusan ASEAN, Presiden Timor Leste Langsungkan Rapat Kabinet

Presiden Timor Leste Ramos Horta Jumat malam (11/11) memimpin rapat kabinet membahas putusan ASEAN yang bersedia mengakui Timor Leste sebagai anggota ke-11 ASEAN. (Foto: Courtesy)

Beberapa jam setelah Organisasi Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN menyampaikan persetujuan untuk mengakui Timor Leste sebagai anggota ke-11 ASEAN Jumat lalu (11/11), Presiden Timor Leste Ramos Horta melangsungkan rapat kabinet.

Diwawancarai VOA melalui telepon pada Minggu (13/11) pagi, Wakil Menteri Luar Negeri Timor Leste, Julião da Silva, mengatakan “Presiden Ramos Horta melangsungkan pertemuan dengan tiga pemimpin tertinggi lain, antara lain Perdana Menteri Taur Matan Ruak dan Presiden Parlemen; serta para pejabat tinggi lainnya. Kami mengadakan pertemuan untuk memberi tanggapan dalam waktu dekat atas keputusan di Phnom Penh."

Wakil Menteri Luar Negeri Timor Leste, Julião da Silva. (Foto: Courtesy)

"Intinya adalah Timor Leste berkomitmen penuh untuk menjadi anggota penuh ASEAN, komitmen yang sama seperti yang disampaian Presiden Ramos Horta ketika pertama kali datang ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo pertengahan Juli lalu," tegasnya.

Julião da Silva tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya mendengar keputusan yang diambil dalam KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja itu. “

Semua masyarakat dan pemimpin di Timor Leste ingin mengucapkan terima kasih kepada fact finding mission yang bekerja sangat bagus dan berhasil meyakinkan ASEAN akan keinginan kuat Timor Leste menjadi anggota organisasi itu, negara satu-satunya di Asia Tenggara yang belum menjadi anggota ASEAN,” ujarnya seraya menyampaikan rasa terima kasih secara khusus kepada Kamboja, selaku presidensi tahun ini, dan Indonesia yang akan mengambil alih kepemimpinan tahun depan.

Pernyataan tertulis ASEAN. (Foto: Courtesy)

Dalam pernyataan tertulis pemerintah Timor Leste yang diterima VOA dinyatakan bahwa “Timor Leste siap berkolaborasi dan bekerja dengan Dewan Koordinasi ASEAN dan Sekretariat ASEAN guna mempersiapkan peta jalan untuk mendapatkan keanggotaan penuh ASEAN.

Julião da Silva mengakui tidak dapat dipungkiri adanya sejarah kelam antara Timor Leste dan Indonesia di masa lalu, “tetapi biarlah itu menjadi bagian dari sejarah dan pelajaran.

“Perjuangan berawal dari proses, dan apa yang kami alami merupakan bagian dari proses itu. Apa yang terjadi antara tahun 1975-1999 itu biar lah menjadi sejarah karena hal itu pahit, bukan hanya orang Timor Leste yang jadi korban, tetapi juga orang Indonesia sendiri," katanya.

BACA JUGA: Timor Leste Sambut Keputusan Keanggotan ASEAN

"Bahkan tidak sedikit orang Indonesia yang ketika itu mendukung kemerdekaan Timor Leste. Hal ini membuat dua negara ini menjadi erat! Indonesia-Timor Leste menjadi contoh perdamaian untuk seluruh negara, ini yang senantiasa dilakukan para pemimpin kami mulai dari Xanan Gusmao, Mari Alkatiri, Vincente Guterres, Fernando de Araújo, Taur Matan Ruak, dan lainnya. Kita bisa kasih contoh rekonsilasi damai,” tambah Julião da Silva.

ASEAN “Secara Prinsip” Setuju Timor Leste Jadi Anggota

Dalam KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, pekan ini, para pemimpin ASEAN menyatakan “secara prinsip” mengakui Timor Leste untuk menjadi anggota ke-11 ASEAN.

Dengan pengakuan ini, Timor Leste diberi status “pengamat” dan diizinkan berpartisipasi dalam seluruh pertemuan ASEAN, termasuk sidang-sidang dalam KTT ASEAN.

Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta tampil dalam konferensi pers di Dili, 19 Maret 2012. Horta, salah satu pelopor kemerdekaan Timor Leste mengakui kekalahannya pada pemilihan akhir pekan baru lalu (AP).

Proses untuk menjadi anggota sepenuhnya akan diajukan tahun depan di Jakarta, ketika Indonesia menjadi presidensi ASEAN.

Pengamat ASEAN dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Faudzan Farhana mengatakan pada VOA bahwa selama ini ASEAN telah menetapkan empat syarat bagi negara mana pun yang ingin bergabung dalam organisasi itu, antara lain : kedekatan geografis, disetujui semua anggota, terikat atau tunduk pada piagam ASEAN, dan mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memenuhi komitmen-komitmen ASEAN. Lambatnya penerimaan permintaan Timor Leste untuk menjadi anggota karena ada negara ASEAN yang mengkhawatirkan masuknya Timor Leste akan memunculkan masalah, tambahnya. Namun, ia tidak merinci negara mana yang dimaksudnya.

Sejumlah pejabat tinggi Timor Leste mengikuti rapat kabinet yang dilansungkan Presiden Ramos Horta pada Jumat (11/11). (Foto: Courtesy)

Tak Pantang Menyerah

Timor Leste merdeka dari Indonesia melalui referendum yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1999. Tiga tahun kemudian, PBB mengakui Timor Leste dan menjadikannya sebagai negara demokrasi termuda di Asia.

Timor Leste telah mengajukan diri untuk menjadi anggota ASEAN sejak tahun 2011, yang ketika itu didukung oleh Indonesia dan Malaysia, tetapi ditolak oleh Singapura dan Laos dengan alasan adanya kesenjangan yang tinggi dalam ekonomi dan infrastruktur.

BACA JUGA: ASEAN Setuju Akui Timor Leste Sebagai Anggota ASEAN

Tak kenal menyerah, Timor Leste mengirim sejumlah duta untuk melobi negara-negara ASEAN. Sepanjang tahun 2022 ini ASEAN mengirim tiga misi pencari fakta yang mengkaji tiga isu utama, yaitu keamanan, sosial-budaya dan ekonomi.

Misi pertama, ASEAN Socio-Cultural Community ASCC berada di Timor Leste pada 6-8 Juli. Misi kedua ASEAN Economy Community AEC bekerja di negara itu pada 19-21 Juli. Sementara misi ketiga, ASEAN Political-Security Community APSC bekerja pada 3-6 September lalu. Hasilnya telah diserahkan ke para menteri ekonomi dan menteri luar negeri ASEAN, dan kemudian ke Dewan Koordinasi ASEAN.

Seluruh kajian ini dibahas dalam KTT ASEAN di Phnom Penh yang akhirnya “secara prinsip” menyetujui negara berpenduduk 1,3 juta jiwa itu menjadi bagian dari organisasi ini. [em/ah]