UNICEF: Air dan Sanitasi Buruk di Suriah Tingkatkan Risiko Penyakit pada Anak-anak

  • Lisa Schlein

Pemeriksaan oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menemukan adanya enam wilayah konflik di mana akses orang ke air bersih sangat terbatas, karena persediaan air hanya sepertiga dari tingkat sebelum krisis (foto: dok).

Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menemukan berbagai kerusakan pada layanan sektor air bersih dan sanitasi di Suriah, yang meningkatkan risiko penyakit, khususnya di kalangan anak-anak.
Ini adalah pertama kalinya dilakukan pemeriksaan atas air bersih dan sanitasi di Suriah sejak kerusuhan di negara itu mulai dua tahun lalu.

Pemeriksaan itu menemukan adanya enam wilayah konflik di mana akses orang ke air bersih sangat terbatas. Marixie Mercado, juru bicara Dana Anak-anak PBB (UNICEF), mengatakan, di wilayah-wilayah yang terimbas konflik, persediaan air hanya sepertiga dari tingkat sebelum krisis.

Ia mengatakan, banyak orang di wilayah-wilayah ini hanya punya 25 liter air sehari, dibandingkan dua tahun lalu yang jumlahnya 75 liter. Ia mengatakan, contoh paling ekstrem kurangnya air itu ditemukan di Der Ezzor di Suriah timur, di mana air hanya bisa dipompa sebanyak 10 persen dari tingkat sebelum konflik.

“Pemutusan listrik yang berkepanjangan dan rutin dilakukan, langkanya bahan bakar, kurangnya pemeliharaan dan kerusakan pada infrastruktur merupakan faktor utama yang memperburuk langkanya air bersih. Di wilayah-wilayah di mana saluran listrik paling sering terganggu, generator kerap digunakan, tetapi di sini juga, langkanya bahan bakar dan suku cadang menimbulkan kesulitan. Produksi bahan-bahan kimia untuk mengolah air hampir terhenti, yang meningkatkan risiko air keran tercemar,” papar Mercado.

UNICEF melaporkan semakin banyak keluarga membeli air minum yang dipasok truk-truk tanker milik penjual perorangan, yang harganya mahal dan belum tentu tersedia. UNICEF menyatakan keluarga yang terdiri dari tujuh orang harus membelanjakan sedikitnya satu dolar sehari untuk air, yang terlalu mahal bagi kebanyakan mereka. Selain itu, UNICEF mengatakatan, kualitas pasokan air itu seringkali buruk atau tidak diketahui.

Mercado mengatakan orang di kota-kota yang terimbas juga menghadapi risiko kesehatan dari lingkungan yang buruk karena pengolahan air buangan sangat menurun. Ia mengatakan, akses ke air bersih, jamban, sabun di sekolah, dan fasilitas kesehatan sangat buruk.

“Kondisi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal yang hidup di tempat-tempat penampungan bersama, termasuk 1.500 sekolah khususnya, gawat. Kondisinya tidak bersih karena terlalu sedikitnya jamban, pancuran untuk mandi dan produk-produk kebersihan dasar seperti sabun. Di sebagian tempat penampungan, satu jamban digunakan sekitar 70 orang. Air dijatah, seringkali jumlahnya kurang dari 10 liter per orang per hari. Di sebagian wilayah, keluarga-keluarga menganggap sabun hampir seperti barang mewah,” papar Mercado lagi.

UNICEF mengatakan akan mulai mengirim satu juta klorin ke Suriah bulan ini untuk menyediakan air bersih bagi lebih dari 10 juta orang, hampir separuh penduduk Suriah, selama tiga bulan.

Badan itu mengimbau bantuan 22,5 juta dolar untuk menyediakan air minum dan air bersih, sabun dan peralatan kebersihan, juga jamban dan kamar mandi bagi 750.000 orang.