Badan antariksa Amerika (NASA) mengatakan potongan-potongan satelit yang telah dinonaktifkan telah jatuh kembali ke bumi di Samudra Pasifik. Sebelumnya, pejabat NASA telah mengatakan bahwa risiko orang terkena potongan-potongan satelit yang jatuh itu sangat kecil.
NASA meluncurkan Satelit Penelitian Atmosfir Atas (UARS) itu pada tahun 1991 untuk misi selama tiga-tahun guna mempelajari tingkat ozon pada atmosfir. NASA menonaktifkan satelit UARS itu pada tahun 2005.
Satelit itu ditempatkan ke orbit yang lebih rendah untuk menghindari tabrakan dengan Stasiun Antariksa Internasional. Satelit UARS itu merupakan benda terbesar yang akan jatuh ke bumi sejak stasiun antariksa Skylab milik NASA jatuh di Australia Barat 32 tahun yang lalu.
NASA memperkirakan masuknya kembali satelit UARS yang berukuran sebesar bis itu ke bumi, menjadi hanya satu jam, yaitu antara hari Jumat tengah malam hingga Sabtu dini hari waktu Washington, atau antara pukul 10:45 dan 11:45 Sabtu pagi WIB.
Sebagian besar satelit diperkirakan terbakar ketika kembali memasuki atmosfer bumi. Satelit itu diperkirakan melewati Kanada, Afrika dan Australia, serta wilayah yang luas dari lautan Pasifik, Atlantik dan Samudera Hindia. Satelit itu terbakar dengan cahaya terang sehingga dapat dilihat seperti pada siang hari, dan akan pecah menjadi 26 bagian.
NASA mengatakan sejak awal Zaman Antariksa pada akhir 1950-an, belum pernah ada laporan mengernai orang yang cedera akibat benda-benda antariksa yang jatuh ke bumi. Badan antariksa itu juga mengatakan tidak ada catatan kerusakan properti yang signifikan dari satelit yang pernah jatuh ke bumi.
NASA telah memperingatkan agar orang tidak menyentuh puing-puing satelit itu, yang akan tersebar di jalur sepanjang lebih dari 800 kilometer.