Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya menembak mati seorang anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di dusun Salubanga, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada Rabu (27/4).
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Irjen Pol Rudy Sufahriadi menyatakan teroris tersebut dilumpuhkan karena melakukan perlawanan kepada aparat keamanan saat proses penangkapan.
“Akhirnya ditemukan kemarin orang yang tertembak karena menggunakan bom lontong, ini ada semua buktinya, atas nama Suhardin alias Hasan Pranata. Sudah dilakukan cek semuanya, keluarganya juga datang melihat. Jenazah sudah berada di rumah sakit bhayangkara,” jelas Irjen Pol Rudy Sufahriadi dalam konferensi pers di markas Kepolisian Sektor Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, pada Kamis (28/4) pagi.
Your browser doesn’t support HTML5
Menurut Rudy, anggota satgas telah mempelajari pola pergerakan kelompok MIT yang kerap kali melakukan aksi terorisme di bulan Ramadan, sehingga pihaknya melakukan pengetatan pengamanan dengan tetap melakukan langkah-langkah pengejaran.
“Ini harus saya ceritakan bahwa bulan Ramadan tahun lalu (2021) juga telah terjadi penyerangan (oleh) kelompok teroris ini yang membunuh empat warga di desa Kalemago, Kecamatan Lore Utara. Berdasarkan pengalaman ini, maka kami di bulan Ramadan tahun ini, kami perketat pengamanan, kami tetap lakukan langkah-langkah pengejaran,” jelas Rudy yang sekaligus sebagai Penanggung Jawab Kendali Operasi (PJKO) Madago Raya.
Rudy menegaskan Satgas Madago masih memberikan kesempatan kepada dua orang anggota kelompok MIT yang masih bersembunyi di hutan untuk menyerahkan diri kepada aparat keamanan. Kedua orang tersebut adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru dan Nae alias Galuh alias Mukhlas.
“Kalau tidak, saya selaku PJKO, bersama Danrem dan lain-lainnya sepakat untuk mencari mereka sampai dapat,” tegas Rudy.
Selama bertahun-tahun, kelompok MIT menjadikan hutan pegunungan di Kabupaten Poso, Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong sebagai tempat persembunyian. Selain mengejar keberadaan kelompok itu di hutan, aparat keamanan juga membangun pos sekat di sekitar pemukiman untuk mencegah anggota kelompok itu meneror masyarakat maupun mendapat logistik bahan makanan.
Petani Masih Diliputi Kekhawatiran
Sementara itu. perwakilan masyarakat Tampo (Tanah) Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Sahir Sampeali mengatakan meskipun jumlah anggota kelompok MIT terus berkurang namun para warga belum sepenuhnya merasa aman dari ancaman yang ditebar oleh kelompok teroris tersebut.
BACA JUGA: Polda Sulteng Dorong Pemberdayaan Ekonomi bagi Mantan Narapidana Terorisme di PosoPara warga, khususnya para petani kakao dan kopi, hingga kini belum dapat beraktivitas dengan tenang di kebun mereka yang berada dekat dengan hutan.
“Yang pastinya kan kita semua berharap ini semua bisa segera selesai, tapi rasa aman itu belum benar-benar pulih karena itu (karena MIT) masih tetap ada,” kata Sahir.
Menurut Sahir, di sejumlah tempat tertentu yang masyarakatnya pernah mengalami aksi kekerasan oleh kelompok MIT, warga masih belum berani mengolah lahan kebun mereka.
“Kehati-hatian masyarakat tetap ada dan sampai saat ini daerah-daerah yang rawan dan berbatasan langsung –dengan hutan- itu belum bisa dimaksimalkan oleh masyarakat, artinya sebagai petani belum bisa dikelola kembali,” ujar Sahir yang juga merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso itu.
Sahir Sampeali berharap Satgas Madago Raya di tahun 2022 dapat segera menangkap sisa dua orang anggota kelompok MIT agar dapat sepenuhnya memulihkan rasa aman masyarakat di wilayah itu. [ys/rs]