Satu Dari Dua Anak di Dunia Alami Kekerasan

  • Lisa Schlein

Seroang anak berdiri di samping sebuah poster beruliskan: 'Katakan Tidak Pada Anak' dalam demonstrasi memprotes kekerasan pada anak di Lima, Peru, 28 Februari 2018.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan aksi tegas untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak. Seruan WHO muncul di tengah pertemuan yang berlangsung minggu ini di Stockholm, Swedia, untuk mencari solusi masalah kekerasan yang menimpa satu dari dua anak di dunia.

Konferensi itu akan mencari cara untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak pada 2030, yang menjadi bagian tujuan pembangunan berkelanjutan PBB. Namun melihat data statistik tampaknya berat untuk mencapai aspirasi ini.

Berbagai laporan WHO menunjukkan setengah dari dua juta anak-anak di dunia, yang berusia antara 2-17 tahun, menjadi korban kekerasan fisik, seksual atau emosional atau penelantaran. Kekerasan itu terjadi di dalam rumah atau di sekolah. Kekerasan yang terjadi biasanya perisakan dan kekerasan antara anak-anak muda, menurut laporan WHO. Laporan WHO juga mengatakan kekerasan marak pada situasi konflik dan situasi rentan lainnya.

Konsekuensi terburuk dari kekerasan adalah kematian. Direktur Penyakit Tidak Menular WHO, Etienne Krug, mengatakan pembunuhan adalah satu dari tiga penyebab utama kematian di kalangan anak remaja.

"Namun lebih dari itu, bagi para penyintas yang menjadi mayoritas, ada berbagai macam masalah kesehatan, antara lain kesehatan mental, depresi, kegelisahan, insomnia, perubahan perilaku," kata dia. "Mereka memiliki kecenderungan lebih besar untuk merokok, mengonsumsi alkohol, melakukan perilaku seksual berisiko, yang mengakibatkan terjangkit HIV dan penyakit lainnya."

Krug mengatakan kekerasan bisa dihindari, bisa diperkirakan dan dicegah. Konferensi Stockholm akan mendiskusikan tujuh strategi untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak.

Beberapa strategi yang dibahas termasuk penegakan hukum terhadap praktik kekerasan, mengubah norma-norma agar kekerasan tidak lagi menjadi sesuatu yang bisa diterima, mengatasi perilaku agresif pada anak pria, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mengajarkan orang tua muda bagaimana menjadi orang tua yang baik. [fw/au]