Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers secara virtual, Rabu (30/9) menyampaikan kabar duka tewasnya warga Indonesia berinisial LB yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf, saat terjadi baku tembak dengan aparat keamanan Filipina di Kota Patikul, Provinsi Sulu, selatan Filipina.
"(Kejadiannya) pada pukul 08:00 waktu setempat hari ini. Jenazah telah diterbangkan dari Sulu ke Zamboanga dengan pesawat militer Filipina. Jenazah kemudian dibawa langsung ke rumah duka di Zamboanga," kata Menteri Retno.
Menteri Retno menambahkan Kementerian Luar Negeri dan kantor perwakilan diplomatik Indonesia di Filipina akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak berwenang di Filipina mengenai nasib empat sandera lainnya. Menurutnya, militer Filipina telah berkomitmen untuk menemukan dan menyelamatkan empat warga Indonesia yang masih disekap oleh Abu Sayyaf.
Atas nama pemerintah, Menteri Retno menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga LB. Kementerian Luar Negeri juga telah memberitahu pihak keluarga di Buton, Sulawesi Tenggara.
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Paramadina Rezasyah mengatakan selama ini Indonesia, Malaysia dan Filipina memang melakukan patroli gabungan tetapi patroli tersebut berada di wilayah masing-masing. Ketiga negara itu hanya menentukan tanggal operasi.
Your browser doesn’t support HTML5
Untuk itu, tambahnya, sudah saatnya ketiga negara itu mulai memikirkan kembali formula dan koordinasi dari patroli gabungan itu agar penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf tidak terus berulang.
“Karena ini kan berulang-ulang terus, kalau mengedepankan prinsip-prinsip kedaulatan nasional boleh tetapi tetapi setidaknya ada kerjasama intelijen di atas itu. Perlu sharing information dari satelit masing-masing,” ujar Rezasyah.
BACA JUGA: Bentrokan Pasukan Pemerintah dan Militan Muslim di Filipina, 12 TewasRezasyah juga menyarankan agar TNI Angkatan Laut bersinergi dengan nelayan-nelayan Indonesia kemudian menjadikan atau melatih mereka agar memiliki kesadaran intelijen seperti dapat membaca peta laut dan membaca pergerakan kspal-kapal yang normal dan tidak normal.
LB termasuk dalam lima warga Indonesia diculik Abu Sayyaf awal tahun ini di perairan Lahad Datu, Malaysia, ketika sedang mencari ikan.
Kejadiannya bermula saat kapal tengah berlayar di perairan Lahad Datu pada Januari lalu. Di atas kapal pencari ikan ini terdapat delapan nelayan semuanya warga Indonesia. Ketika dicegat oleh milisi Abu Sayyaf, tiga orang dibebaskan dan ditinggalkan begitu saja di atas kapal, yakni Abdul Latif (37 tahun), Daeng Akbal (20 tahun), dan Pian bin Janiru (36 tahun).
BACA JUGA: Komandan Abu Sayyaf Menyerah di FilipinaSedangkan lima nelayan Indonesia lainnya, yaitu Arsyad bin Dahlan (42 tahun) sebagai juragan, Arizal Kastamiran (29 tahun), La Baa atau LB yang meninggal hari ini (32 tahun), Riswanto bin Hayono (27 tahun), dan Edi bin Lawalopo (53 tahun) dibawa oleh kelompok Abu Sayyaf dan dijadikan sandera.
Kesaksian ketiga warga Indonesia yang dilepas menyatakan enam orang bertopeng menggunakan kapal cepat mendatangi kapal saat mereka sedang menangkap ikan.
Abu Sayyaf yang telah berbaiat kepada ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) menjadikan penyanderaan sebagai cara untuk mencari uang dengan meminta tebusan kepada keluarga korban atau pemerintah negara asal sandera. [fw/em]