Seorang saudara perempuan dari pemimpin tertinggi Iran mengecam tindakan keras terhadap pengunjuk rasa di Iran dan meminta agar Garda Revolusi mundur, demikian menurut surat yang diterbitkan oleh putranya di Prancis.
Dalam sebuah surat tertanggal pada Desember 2022, Badri Hosseini Khamenei, yang tinggal di Iran, mengecam pengokohan ulama sejak awal pendirian Republik Islam tersebut hingga saat ini.
"Saya rasa sekarang waktu yang tepat untuk menyatakan bahwa saya menentang tindakan saudara laki-laki saya dan saya mengungkapkan simpati saya kepada semua ibu yang berduka atas kejahatan Republik Islam, dari masa Khomeini hingga era kekhalifahan Ali Khamenei yang zalim saat ini," katanya dalam surat yang dibagikan putranya, Mahmoud Moradkhani, Rabu (7/12) di Twitter.
“Saya berharap kata-kata ibu saya akan memecah kesunyian para ulama yang menentang [Republik Islam],” kata Moradkhani yang berbasis di Prancis dalam wawancara eksklusif dengan VOA Persia pada Rabu (7/12).
Dalam suratnya, Badri Khamenei mendesak Garda Revolusi untuk “meletakkan senjata mereka” dan “bergabung dengan rakyat sebelum terlambat.”
Pada Rabu pagi, mahasiswa berdemonstrasi di jalan-jalan di seanteroIran sebagai bagian dari gelombang kerusuhan sipil yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral negara tersebut pada bulan September lalu.
VOA Persia mengutip sejumlah laporan yang menyatakan bahwa demonstrasi itu terjadi di sekitar setidaknya 20 universitas di mana pasukan keamanan dan pasukan yang berpakaian preman mengalami bentrok dengan mahasiswa.
Pasukan pemerintah di Masyhad dilaporkan menyerang mahasiswa dengan "tongkat dan taser".
Aksi pemogokan yang diserukan oleh para pengunjuk rasa di Iran telah memasuki hari ketiga. Mereka meminta pemilik toko di seluruh negeri untuk berhenti beroperasi hingga Rabu dalam upaya mewujudkan reformasi pemerintah. Saksi mata mengatakan sejumlah besar bisnis, pada Selasa (6/12), berhenti beroperasi di seluruh negeri. [my/rs]